Bagi Yanto di Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, serangan kresek alias hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) cukup menakutkan.
Harap mafhum, saat serangan itu datang, produksi anjlok. “Setiap panen dapat 6-7 ton gabah kering panen (GKP) per hektar, tapi karena kresek hanya 2,5-3 ton per hektar,” ujar Yanto.
Nun di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Samiran juga dipusingkan dengan serangan hawar daun pada padi varietas ciherang yang ditanam. Pria 45 tahun itu, hanya mampu memperoleh 13-14 ton GKP dari 4 hektar. Padahal sebelumnya, Samiran memperoleh 25 ton GKP. “Banyak bulir padi kopong, tidak berisi,” katanya.
Sebutan kresek kondang di kalangan petani padi, lantaran daun padi terserang akan mengering menyerupai daun pisang kering. Bila daun itu diremas, menimbulkan bunyi kresek.
Penyakit kresek tersebut disebabkan oleh bakteri patogen Xanthomonas campestris pv oryzae. Famili Pseudomonadaceae itu, menyerang tanaman melalui hidatoda atau luka. Serangan tidak terbatas pada tanaman dewasa, tetapi juga dari mulai pembibitan.
Pada fase pembibitan gejalanya berupa bercak basah di pinggir daun. Bercak itu kemudian membesar yang diikuti oleh daun menguning serta cepat mengering.
Sementara di lahan, gejala tampak garis basah yang alih-alih membesar. Gejala itu dibarengi tepi daun berbercak dan 3-5 hari kemudian daun menguning. Batas bercak dan daun sehat dapat terlihat dari bagian yang tampak basah. Sebab daun bermasalah itu, padi sulit berfotosintesa sempurna.
Pemicu penyakit hawar daun bakteri antara lain, jarak tanam rapat yang mendorong kelembapan tinggi dan pemupukan nitrogen di atas ambang wajar. Sumber nitrogen yang dipakai selama ini adalah pupuk Urea. Dosis anjuran 2,5 kuintal per hektar, tapi petani dapat menebar hingga 4 kuintal per hektar. Dengan kondisi nitrogen berlebihan itu, dinding sel menipis sehingga tanaman rentan disusupi cendawan dan bakteri.
Sebagai tindakan preventif atau pencegahan, petani dapat merendam benih padi dalam campuran 2-3 cc Corynebacterium yang dilarutkan 1 liter air selama 15 menit.
Corynebacterium merupakan mikrob. Saat di persemaian penyemprotan harus dilakukan dengan dosis 2-3 cc per liter air atau 3 tutup botol dengan 14 liter air.
Padi di lahan tetap disemprot yang dilakukan sejak tanaman berumur 15 hst. Caranya 50 ml cairan mikrob itu dilarutkan dengan 14 liter air. Agar bakteri menempel pada daun diberi perekat. Setiap hektar sendiri butuh 1-1,5 liter Corynebacterium. Penyemprotan diulangi saat umur tanaman 30 hst dan 45 hst. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari.
Riset Balai Besar Peramalan Organisme Penganggu Tumbuhan (BBPOPT) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada 2007 memperlihatkan Corynebacterium memang mampu mengurangi serangan penyakit kresek.
Aplikasi Corynebacterium pada padi hibrida memberi hasil panen hingga 10,1 ton per hektar GKP; tanpa Corynebacterium 6,4 ton atau turun 58,1%. Pada padi varietas ciherang, hasil panen yang terselamatkan setelah memakai Corynbacterium dapat mencapai 93,5%. Walhasil, panen mencapai 6,7 ton GKP; tanpa Corynebacterium 3,5 ton GKP.