Salah satu kunci pembesaran sidat adalah pakan sidat. Intinya, beda umur, beda pula pakan. Itu diterapkan Syaiful Hanif, peternak di Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kepada kontributor bebeja.com, Faiz Yajri, Syaiful menuturkan, ia memberikan pakan cacing tanah pada sidat pada fase glass eel alias benih.
Caranya? Hanif menghaluskan 300 gram cacing Lumbricus rubellus memakai blender. Jumlah itu cukup untuk pakan 3 kg benih sidat berbobot 3-5 gram/ekor setiap kali makan. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari.
Pemberian cacing tanah itu perlu lantaran pada fase glass eel, enzim pencernaan sidat masih terbatas dan struktur pencernaan belum sempurna. Sebab itu, kemampuan benih sidat mencerna pakan buatan masih rendah. Cacing tanah mudah dicerna. Begitu pula pakan lain seperti tubifex dan daphnia yang memiliki protein sederhana. Menurut ahli sidat dari IPB, Dr Ir Ridwan Affandi DEA, di Perancis, pakan glass eel adalah kepiting kecil yang dihaluskan.
Saat benih sidat memasuki fase elver sesudah 1,5-2 bulan. Ukuran tubuh berubah, bobot rata-rata 25-50 gram/ekor sehingga pakan perlu diganti. Pada saat itu, Syaiful memberi pakan pabrik yang mengandung 45% protein. Ayah 2 anak itu mencampur pakan pabrik dengan cacing tanah yang diblender dan dibuat menjadi pasta. Setiap 1 kg pakan pabrik dicampur 100 gram cacing tanah.
Menurut Hanif cacing berguna untuk memikat sidat agar mau makan. Peternak sidat sejak 2009 itu meletakkan pakan di atas tampah lantas mencelupkan ke kolam pembesaran sidat. Pencelupan pakan ke air kolam itu bertujuan supaya sidat dapat mencium aroma pakan.
Posisi tampah berjarak 3-5 cm di atas permukaan air, sehingga tampah perlu diberi pegangan supaya tidak jebol terbebani sidat yang naik. Cara pemberian pakan menggantung itu mengurangi risiko pakan terbuang karena terpapar air sehingga kualitas air kolam terjaga.
Fase elver berlangsung 4-5 bulan, sebelum masuk fase fingerling. Pada fase ini bobot sidat minimal 50-100 gram/ekor, sepanjang 40 cm. Pada fase fingerling, pakan utama adalah pakan pabrik. Dosis pemberian 2-4% dari total bobot. Artinya, jika terdapat 100 kg sidat, butuh 2-4 kg pakan. Frekuensi pemberian 2 kali sehari dengan komposisi 40% pada siang hari dan 60% pada malam hari.
Setelah menerapkan cara itu, Hanif sukses memanen sidat Anguilla marmorata berbobot 700-800 gram/ekor selama 6-7 bulan budidaya dari bobot tebar awal 200-300 gram/ekor.
Menurut Ridwan Affandi, peternak mesti memahami kebutuhan pakan sidat. Untuk pembesaran sidat di atas 100 gram/ekor, perlu pakan berprotein minimal 45%. Sedangkan sidat ukuran fingerling, butuh 50-52% protein. Ukuran fingerling menuntut pakan protein lebih besar karena sidat sedang memasuki masa pertumbuhan jaringan di tubuh.
Sejatinya, sidat aktif pada malam hari. Maka dari itu agar terbiasa menyantap pakan di siang hari, tempat pakan perlu diberi naungan sehingga teduh atau temaram seperti menjelang malam. Besarnya naungan 4 m x 2 m x 2 m terdiri dari 2 tingkat berlantai bambu. Dengan kondisi itu, sidat akan berkerumun di bawah naungan pada siang hari. Ia akan memakan pakan sepanjang waktu. Itu sebab sidat cepat bongsor.