Iklan penjualan rumah walet gencar dipromosikan secara online maupun melalui suratkabar. Gejala itu terkait berbagai faktor seperti rumah walet tidak pernah atau sedikit dihuni walet. Hal lain karena jual butuh, pembagian warisan, bahkan mungkin sengketa.
Kondisi itu tak pelak menjadi peluang bagi peternak atau pebisnis yang ingin memiliki rumah walet. Peluang itu tetap perlu dipertimbangkan masak-masak serta penuh kehati-hatian.
1. Penentuan lokasi menjadi penting saat membeli rumah walet. Idealnya, lokasi merupakan lintasan walet. Sebaiknya pilih lokasi rumah yang ada atau dekat sentra walet. Faktor keamanan tetap perlu dicermati karena membeli rumah walet, tapi sarangnya banyak dipetik pencuri, bukan pilihan bagus.
2. Lihatlah daya dukung lingkungan sekitar rumah walet. Meski berada di sentra walet, tapi lingkungan tidak mendukung lagi akan membuat peternak merugi karena sedikit walet masuk. Hal itu disinyalir menyebabkan banyak rumah walet dijual karena populasi walet stagnan. Daya dukung lingkungan untuk menyediakan pakan tidak bisa dipertahankan sehingga walet berpindah lokasi.
3. Harga bangunan berikut tanah perlu diamati. Sebagai gambaran harga lahan berikut bangunan rumah walet rata-rata Rp1-juta-Rp1,5-juta/m2 tergantung pada lokasi. Harga beli tersebut meningkat sejalan jumlah produksi sarang. Sampai awal 2000-an, penambahan sekilo produksi sarang memberi nilai tambah sampai Rp1-miliar. Harga itu kini menurun, Rp250-juta-Rp400-juta/kg untuk sarang walet dan Rp80-juta-Rp150-juta/kg untuk sarang sriti.
4. Bila merasa cocok dengan lokasi dan bangunan, lakukan pengecekan lebih dalam. Mintalah bantuan orang yang paham lantaran transaksi jual-beli acapkali terjadi kecurangan. Contoh pembeli seringkali terjebak sarang tempelan. Bahkan di dalam sarang ditaruh piyik walet sehingga sarang terlihat asli.
5. Yang sering terjadi calon pembeli senang saat rumah walet berisi banyak sarang. Sebab itu untuk memastikan kebenarannya, hitung jumlah walet masuk. Paling tidak jumlah populasi walet empat kali jumlah sarang. Cara itu dilakukan dengan mengamati rumah walet sehari penuh, terutama saat walet pulang.
Penjual nakal sering beralasan sarang baru saja dipetik saat jumlahnya tidak sesuai dengan penawaran harga. Kondisi itu dapat dicek dengan melihat posisi kotoran walet. Kotoran walet harus berada tepat di bawah tempat walet bersarang. Kotoran itu biasanya menumpuk seperti bukit kecil dan tidak bisa diakali dengan menaburkan kotoran.
6. Kalau belum yakin, pastikan di atas gundukan itu terdapat cipratan seperti lendir berwarna putih. Lendir itu adalah asam urat yang tidak dapat diurai oleh tubuh walet. Calon pembeli juga harus melihat kotoran yang menempel pada tembok. Kotoran walet pada tembok tampak seperti coretan kecil. Petunjuk itu pun dapat dipalsukan. Harap mafhum, ada yang mencampur kotoran dengan air, lalu menyiramkan ke tembok.
7. Rumah walet yang dibeli sebaiknya sudah dihuni walet dan sriti. Populasi seriti minimal 100 ekor dan 20-30 walet. Jumlah itu menandakan rumah disukai walet. Perlu diingat rumah walet yang baru berproduksi berharga lebih mahal daripada rumah yang dijual, tapi sudah 5-6 kali dipanen.
Rumah baru berproduksi berprospek lebih bagus karena diperkirakan panen berikutnya meningkat. Itu berbeda dengan penjualan rumah walet tua yang penambahan produksi tidak setinggi rumah baru.