Menebak kelamin arwana tidak mudah, sehingga sampai saat ini tetap memerlukan arwana dalam jumlah besar untuk bisa membudidayakan ikan naga itu.
Terdapat 2 cara untuk panduan membedakan kelamin arwana. Pertama, melihat organ reproduksi, lalu mengamati ciri morfologi. Pada organ reproduksi, ikan perlu ditangkap dahulu, lantas perutnya diurut ke arah kloaka. Jika cairan keluar cairan kecokelatan (sperma) itu jantan, bila tidak betina.
Secara morfologis kepala, bentuk tubuh, dan sirip punggung bisa dipakai sebagai panduan menentukan jenis kelamin. Dari atas, ujung kepala jantan membulat. Sedangkan betina justru agak meruncing. Dari samping, tubuh betina tampak melebar ke atas. Tetapi pejantan malah memanjang. Begitu pula sirip punggung. Betina terlihat lebar, jantan agak memanjang serta meruncing ujungnya.
Persentase kecocokan penentuan jenis kelamin lebih besar dengan mengamati organ reproduksi. Meski demikian stripping atau pengurutan perlu dilakukan oleh ahlinya karena sedikit kesalahan menyebabkan arwana mati. Arwana yang menjalani stripping tidak boleh sembarangan. Minimal arwana tersebut berukuran panjang 30 cm atau telah berusia 5 tahun.
Gerakan arwana sebetulnya bisa dipakai untuk menduga kelamin. Jantan lebih langsing dan panjang, akan bergerak gemulai. Sebaliknya, tubuh betina agak lebar. Terkesan pendek serta gemuk menyebabkan gerakannya lebih kaku.
Pejantan langsing karena dituntut lebih gesit dan lincah. Berbeda dari betina yang bulat, gemuk, dan lebar. Penyebabnya ada kantung telur di perut. Prediksi dari gerakan ikan itu tidak akurat saat arwana berumur kurang dari 5 tahun. Pada usia tersebut, arwana tengah dalam masa pertumbuhan, sehingga jantan dan betina memiliki sosok serupa: besar, bulat, dan gemuk.
Berikutnya, bentuk kepala dan mulut dipakai untuk menduga kelamin arwana. Arwana jantan cenderung berkepala besar dan bermulut lebar. Itu terkait erat dengan tugasnya sehabis kawin, yakni menggendong dan mengerami telur. Betina tampak berkepala ramping dengan ujung runcing dan bermulut kecil.
