Bagi Rizal Djaafarer, salah satu maestro anggrek dan kaktus di tanahair selama seperempat abad itu anggrek memberi 3 pesan moral penting: kesabaran, kepedulian, dan kebaikan.
Pesan moral itu yang hingga kini terus melekat di sanubari alumnus alumnus Fakultas Teknik Arsitektur IKIP Bandung itu.
Pilihan menjadi pekebun anggrek menurut Rizal telah memberi warna dalam menjalani kehidupannya. “Mengubah cara pandang, status, dan harus meyakini anggrek mampu menjadi andalan hidup,” ujar pria 62 tahun itu.
Keyakinan itu yang membuatnya memutuskan pada 1985 menjadi pekebun anggrek dengan modal lahan seluas 100 m2 di Lembang, Bandung. Padahal saat itu, ayah 3 anak itu adalah dosen dan konsultan.
Keikhlasan dan selalu bersyukur terhadap pilihan dalam menjalani hidup Rizal menuturkan menjadi kunci tercapainya kebahagiaan hidup. “Setiap pilihan memiliki konsekuensi. Kehidupan sendiri merupakan proses belajar dan fokus pada sesuatu yang dijalani, kepedulian terhadap sesama dengan membagi pengetahuan, keuntungan, dan kesempatan,” kata Rizal.
Rizal menyakini keberhasilan seorang pekebun seperti dialaminya hanya butuh resep sederhana. “Bangunlah usaha berdasarkan hobi. Asalkan kita ikhlas dan fokus maka Insya Allah usaha yang dirintis dari hobi ini akan menghasilkan sesuatu yang besar,” katanya.
Tak hanya itu Rizal juga menyampaikan usaha dapat dibangun dengan melihat peluang serta bekerjasama dengan pelaku yang sukses. Berikutnya setelah usaha berjalan dan menjadi besar, Rizal berpesan untuk selalu berbagi supaya usaha itu terus tumbuh.
“Jangan pelit untuk berbagi ilmu sesama orang yang membutuhkan. Banyak pengusaha yang sulit membagikan ilmunya karena takut tersaingi atau ilmunya dicuri sehingga ia kesulitan dalam pendelegasian,” katanya.