Penyakit anemia yang mendera Lusitawati (30 tahun) di Jakarta Barat menganggu aktivitasnya. Tubuhnya lunglai dan cepat lelah.
Lusitawati berupaya rutin mengonsumsi suplemen penambah darah untuk mengatasi penyakit yang jumlah penderita di tanahair merujuk data Riset Kesehatan Dasar Balitbang Kementerian Kesehatan RI pada 2013 mencapai 21,7% itu.
Orang dewasa seperti Lusitawati disebut mengalami anemia bila kadar hemoglobin darah kurang dari 12 g/dl. Hemoglobin penting membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh serta mengangkut hasil respirasi berupa CO2 ke paru-paru.
Gejala umum anemia adalah cepat lelah, pucat, gelisah, serta dapat diiringi sesak napas lantaran tubuh kekurangan oksigen.
Pemicu anemia adalah kekurangan zat besi. Zat besi berfungsi membentuk hemoglobin, mineral, dan pembentukan enzim. Defisiensi atau kekurangan zat besi berdampak pada menurunnya cadangan zat besi di hati sehingga pembentukan sel darah merah terganggu. Efek kondisi itu, kadar hemoglobin melorot di bawah ambang normal.
Minim zat besi di tubuh tidak boleh dianggap sepele. Pada ibu hamil, kondisi itu memicu keguguran, melahirkan sebelum waktu, hingga bobot bayi lahir tidak normal. Pada anak, defisiensi zat besi dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tubuh dan kecerdasan.
Lusitawati tidak menyukai petai Parkia speciosa. Padahal petai mengandung zat besi tinggi sebagai alternatif suplemen alami untuk mendongkrak hemoglobin. Riset Shella Nursucihta dan rekan dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada seperti tertuang dalam Journal Traditional Medicine pada Mei 2014 menguak khasiat antianemia petai.
Riset dengan ekstrak petai yang mengandung rata-rata kadar zat besi sebesar 118,091-120,305 ppm itu terbukti meningkatkan kadar hemoglobin tikus anemia. Penelitian juga membeberkan fakta bila petai dengan kandungan aneka mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, besi, mangan, dan kalium itu, tidak berefek samping berupa konstipasi seperti dijumpai pada konsumsi suplemen penambah darah dalam jangka panjang.