Masyarakat di pedesaan lazim memeras biji jarak pagar Jatropha curcas untuk memperoleh minyak sebagai bahan bakar. Namun bungkil biji jarak terbuang sebagai limbah padat. Padahal, kandungan minyak di bungkil itu berpotensi sebagai bahan bakar.
Kandungan minyak biji jarak pagar mencapai 34%. Saat ini mesin pemeras terbaik hanya mampu memeras 28% minyak. Sisanya, 6% minyak masih tersimpan di bungkil. Sebab itu, Prof Dr Bambang Prastowo, Ir Riyadi, Ir Dibyo Pranowo, dan Ir Abi Dwi Hastomo dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) di Bogor, Jawa Barat, membuat tungku bahan bakar jarak bungkil jarak pagar.
Bungkil yang dipakai bungkil basah hasil perasan biji jarak untuk bahan bakar tungku. Tungku dirancang mirip tabung dengan aerasi cukup supaya api menyala stabil. Cara menjaga aerasi itu dengan menaruh batang bambu di tengah tungku sebelum meletakkan bungkil biji jarak.
Begitu bungkil hendak dinyalakan, batang bambu diangkat terlebih dahulu. Teknik sederhana itu menjadikan kadar oksigen cukup sehingga pembakaran sempurna. Sebuah tungku dapat menampung 2 kg bungkil dan bisa menyala selama 24 jam.
Yang menarik, bungkil dapat juga menjadi briket berkadar air 7%. Pemanfaatan briket jarak sangat praktis karena mudah disimpan lama. Khusus tungku briket jarak pagar memiliki bentuk bak tabung setinggi 30 cm yang dilengkapi lubang aerasi di bagian bawah. Di bagian tengah tungku, terdapat tempat untuk meletakkan briket. Sebuah tungku menampung 15 briket sepanjang 4 cm dan berdiameter 2 cm. Jumlah itu cukup menyalakan api selama 2-3 jam.
Untuk menyalakan briket tersebut perlu pancingan dengan cara meneteskan spritus. Selama memasak, pengguna dapat menambahkan briket sesuai kebutuhan lewat sisi tungku. Pemakaian briket dinilai lebih nyaman karena pembakaran hanya menghasilkan sedikit asap.
Selain bungkil dan briket, pengguna dapat langsung memanfaatkan biji jarak utuh kering. Penjemuran biji di bawah sinar matahari selama 6 jam memadai untuk menghasilkan biji jarak siap pakai. Api hasil pembakaran biji lebih besar karena kandungan minyak masih tinggi.
Sekali menyala, api mampu bertahan hingga 3 jam. Meski demikian, pemakaian biji utuh untuk bahan bakar berpotensi sedikit merugikan karena pembakaran 3 kg biji menyebabkan pengguna kehilangan 1 liter minyak jarak. Satu liter minyak jarak dapat dipakai memasak selama 4 jam.