Ratna (59 Tahun) tak menduga kejadian 10 tahun silam berujung penderitaan nyeri pinggang sejak 2017. Perempuan di Cileduk, Tangerang, Provinsi Banten itu jatuh terduduk lantaran terpeleset saat di rumahnya. “Sehabis jatuh itu ada rasa nyeri di pinggang,” ujar Ratna yang mengabaikan rasa nyeri tersebut.
Sakit di pinggang itu berangsur-angsur hilang sejalan waktu, hingga menginjak 2017, nyeri pinggang acapkali mendera penyuka yoga itu. “Seminggu bisa 2-3 hari sakit,” tuturnya. Tak pelak kondisi itu menganggu aktivitasnya. “Pinggang seperti boyokan (Jawa: perasaan tidak enak di tulang punggung, red) sampai sulit berjalan atau duduk,” kata ibu 2 anak itu.
Usia di atas 40 tahun memang berisiko mengalami gangguan di bagian tubuh yang mengalami dislokasi hingga benturan, misal jatuh seperti Ratna. Itu karena elastisitas tulang serta otot mulai menurun.
Foto rontgen lumbal Ratna memastikan hal itu. “Posisi tulang sedikit bergeser sehingga posisi antarruas sendi tulang belakang tidak simetris,” katanya. Itu memicu rasa nyeri. Hal lain penyebab nyeri adalah saraf terjepit alias hernia nucleus pulposus.
Kondisi itu dapat semakin parah bila penderita nyeri pinggang juga mengalami osteoporosis alias tulang rapuh. Efeknya peluang mengalami fraktur alias patah tulang semakin besar. Sejumlah gejala menjadi indikasi hal tersebut seperti timbul rasa kebas atau kebal dan acapkali mengalami kesemutan yang terkadang disertai kelumpuhan karena sulit menggerakkan anggota badan.
Salah satu upaya meredakan sakit itu dengan memastikan tulang belakang atau punggung tidak boleh melekuk alias fleksi berlebihan. Tulang punggung yang melekuk alias melengkung, misal ke depan menyebabkan terjadinya penyempitan atau merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang merenggang, sehingga nucleus pulposus (ruas sendi) terdorong ke belakang yang memicu aneka gejala sakit.
Ratna berupaya memperbaiki posisi tulang yang menyebab nyeri itu dengan menjalani fisioterapi. Salah satunya adalah memakai health wood. Health wood dapat diatur kemiringannya sehingga memaksa posisi punggung serta pinggang Ratna tegak. “Satu bulan pertama kemiringannya sekitar 15 derajat. Pada bulan ke-3 kemiringan papan sekitar 30 derajat,” kata Ratna yang 4 bulan tanpa putus menjalani terapi memakai health wood.
Ratna menuturkan ia berdiri sekitar 30-45 menit di atas health wood. “Posisi tulang punggung otomatis tertarik ke belakang sehingga posisi tubuh jadi tegak,” ucapnya. Efek rutin memakai health wood yang dirasakan Ratna adalah nyeri di pinggang perlahan-lahan menghilang. “Sudah jarang sakit pinggang,” kata Ratna yang sesekali berkonsultasi dengan ahli chirocpractic itu.