Indonesia tercatat sebagai negara pengonsumsi beras tertinggi di Asia Tenggara, mencapai 139 kg/kapita/tahun. Bandingkan dengan Malaysia 80 kg/kapita/tahun dan Thailand 90 kg/kapita/tahun.
Kondisi itu sebetulnya berisiko saat terjadi gangguan pasokan beras seperti gagal panen maupun bencana alam yang memicu rawan ketahanan pangan.
Indonesia memiliki sumber pangan nonberas seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, serta sagu. Namun, sumber pangan itu kalah populer dan konsumsinya cenderung menurun. Sebab itu diversifikasi pangan dari sumber pangan nonberas perlu diupayakan supaya tingkat konsumsi beras menurun.
Salah satu diversifikasi itu dengan memproduksi beras analog jagung. Beras analog jagung itu ditampilkan pada 10th Agrinex Expo 2016 di stan IPB. Beras analog itu memiliki sejumlah keunggulan seperti tidak perlu dicuci saat akan dimasak hingga rendah glikemik sehingga cocok untuk konsumsi penderita kencing manis.
Beras analog merupakan beras yang berasal dari sumber bahan pangan lokal nonberas yang diolah sedemikian rupa sehingga mempunyai karakteristik bak beras: butiran, tekstur, dan cara memasak.
Beras analog jagung dari campuran jagung dan sagu itu diproduksi melalui teknologi ekstrusi. Singkat kata teknologi yang melibatkan 4 aspek, yakni formulasi, prekondisi, ekstrusi dan pengeringan itu akan menghasilkan beras analog serupa beras asli.
Supaya beras analog jagung itu seperti beras asli, pengolah perlu mencermati variabel dan parameter ekstrusi. Variabel-variabel tersebut meliputi komposisi bahan (pati, protein, serat, lemak), kadar air, ukuran partikel, dan aditif.
Terkait proses pengerjaan yang meliputi suhu, laju alir hingga kecepatan pisau potong. Yang menarik lantaran dapat dibuat, beras analog bisa disisipi pewarna, flavor, fortifikan, dan antioksidan. Bahan-bahan itu dapat memberikan warna, aroma dan citarasa sekaligus meningkatkan nilai gizi.
Riset Faleh Setia Budia dan rekan dari Departemen llmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB dan Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center seperti tertuang di Jurnal Pangan Volume 22 Nomor 3 pada 2013 menyebutkan beras analog ekstrusi dengan komposisi 70% tepung jagung dan 30% pati memberikan hasil terbaik.