Berkebun Daun Gedi

0
189
daun gedi

Wati Suroso di Bintaro, Tangerang, Provinsi Banten, seorang pecinta kuliner tinutuan alias bubur manado. Saban 2 pekan, perempuan 46 tahun itu membuat sepanci bubur manado.

Salah satu sayuran wajib ada pada bubur manado itu, daun gedi Abelmoschus manihot. “Rasa daun gedi manis, enak, dan banyak khasiatnya,” ujar Wati yang membeli daun gedi di Pasar Tradisional Bintaro Jaya.

Meski demikian, seikat daun gedi seharga Rp25.000 itu kerapkali kosong. “Susah juga kalau harus mencari di tempat lain,” kata mantan karyawan perusahaan elektronik Jerman itu.

Kondisi itu mendorong Wati menanam daun gedi pada 2015. Bibitnya dibeli dari pasar. “Saya tanam satu tanaman setinggi 30 cm di lahan sempit di samping rumah,” ujar Wati.

Tak ada cara khusus menanam sayur yondok-sebutan lain-oleh Wati. Ia cukup menancapkan batang anggota keluarga Malvacea itu dan sesekali menyiram air cucian beras. “Tidak sampai 3 bulan sudah tumbuh besar,” katanya. Berikutnya, Wati hanya perlu melakukan setek batang untuk menambah populasi tanaman.

daun gediWati juga menanam daun gedi tersebut di jalur hijau, persis di depan rumah. “Banyak tetangga meminta untuk ibu hamil,” ujarnya. Harap mafhum, daun gedi berlimpah zat besi yang diperlukan ibu hamil serta menyusui.

Terkait khasiat daun gedi, Wati menuturkan kondisi kerabatnya membaik dari penyakit mag setelah rajin makan daun gedi. “Daun gedi dijadikan lalapan,” katanya. Riset membuktikan daun gedi mempunyai kemampuan untuk melindungi mukosa dinding lambung terhadap iritasi pada penderita mag.

Nilai plus daun gedi yang jarang diketahui adalah berlimpah senyawa flavonid. Senyawa itu seperti riset Mercy Taroreh (Universitas Sam Ratulangi) dan rekan, yakni Sri Raharjo, Pudji Hastuti, serta Agnes Murdiati-ketiganya dari Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, merupakan antioksidan alami yang efektif menangkal radikal bebas pemicu aneka penyakit degeneratif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here