Eceng gondok Eichhornia crassipes terkenal sebagai tanaman gulma air. Saat ini tanaman anggota Butomaceae tersebut dimanfaatkan menjadi aneka kerajinan. Manfaat baru lain sebagai biobriket. Eceng gondok dapat menjadi alternatif bahan biobriket selain kulit kopi, ampas tebu, tongkol jagung, dan kayu.
Riset Djeni Hendra dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan di Bogor, Jawa Barat, yang tertuang dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan (JPHH) pada 2011, menguak potensi eceng gondok sebagai biobriket dengan daya bakar mencapai 3.061 kalori/gram. Jumlah itu sedikit di bawah batu bara muda, rata-rata mencapai 4.000 kalori/gram.
Sebelum menjadi biobriket, eceng gondok itu dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kadar air sekitar 5%. Ia lantas dicacah untuk proses karbonisasi eceng pada suhu 400°C supaya menjadi arang sempurna. Selanjutnya, arang tersebut dihancurkan hingga menjadi serbuk dan diayak. Serbuk itu dipadatkan memakai perekat supaya diperoleh biobriket padat.
Terkait perekat, ternyata bisa mempengaruhi nilai kalori. Penelitian M Arief Karim dan rekan dari Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Palembang yang tertuang dalam Jurnal Reaktor Volume 15 pada 2014 memperlihatkan, 8% perekat lem kayu dan 10% tepung tapioka memberikan hasil terbaik kalori biobriket eceng gondok hingga 4.000 kalori/gram.