Inovasi budidaya cacing sutera Tubifex sp terus berlanjut agar diperoleh volume produksi besar serta cepat panen.
Harap mafhum, kebutuhan cacing sutra untuk pakan alami pada fase pembenihan ikan sangat besar. Apalagi cacing berbentuk serabut yang berkoloni itu tidak selalu tersedia sepanjang tahun di alam.
Pada Aquatica Asia 2019 dan Indoaqua 2019, Balai Besar Perikanan Budiaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat menyodorkan inovasi baru budidaya cacing sutera sistem apartemen.
Dengan sistem apartemen tersebut cacing sutera diternak memakai bak bertingkat hingga 5-6 tingkat mirip apartemen. “Sistem apartemen juga menghemat air karena resirkulasi air tertutup,” kata Susi Roselia SPi, peneliti BBPBAT.
Lebih jauh Susi mengungkapkan seabrek keunggulan dari sistem apartemen yang didesain memakai kayu berukuran 1,8 m x 1,8 m x 0,2 m berlapis terpal tersebut. Selain efisiensi lahan, sistem itu mampu mengurangi penetrasi intensitas matahari langsung, lebih terkontrol, serta tidak bergantung musim. “Pompa air yang dipakai juga berdaya rendah sekitar 100 watt,” tutur Susi.
Media budidaya memakai campuran sejumlah bahan seperti 80% lumpur, 20% bahan organik, 1% bakteri fermentasi, dan 1% molases alias limbah tetes tebu. Sebelum dipakai, media tersebut difermentasi selama 5-7 hari. Setelah itu cacing sutera dewasa berumur 40-45 hari ditebar. “Jumlahnya sekitar 250-500 ml/m2 media,” ujar Susi.
Selanjutnya, pemberian pakan dilakukan 1-2 kali/hari dengan komposisi pakan terdiri atas 10 liter air, 1-5% bakteri fermentasi, 1-5% molase, 30% dedak halus, 15% limbah sayuran, 30% ampas tahu, dan 15% pupuk organik.
Takaran pakan adalah 200 ml/m3 dengan kecepatan air saat diberikan sekitar 1 liter/menit. “Pada budidaya ini dapat dipanen 1,2 liter/m3 cacing sutera setiap 5 hari setelah 40-45 hari budidaya,” ujar Susi.