Kolam semen berukuran 2,5 m x 2,5 m berkedalaman 1,8 m itu disesaki hampir 1.000 sidat berbobot rata-rata di atas 100 gram/ekor. Sebagian Anguilla bicolor itu berebut berenang ke atas permukaan.
Mereka mendatangi kotak paralon berukuran 60 cm x 60 cm yang berjaring. Sebelumnya di atas jaring itu seorang pekerja menaruh gumpalan pakan sebesar kepalan tangan orang dewasa. Tak sampai 1 menit, pakan itu habis disantap sidat.
Kolam itu hanya satu dari belasan kolam sidat yang dikelola Deny Firmansyah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Yang menarik adalah sistem budidaya sidat sama dengan cara memelihara ikan mas, memanfaatkan air deras.
Harap mafhum, selama ini pembesaran sidat dilakukan di kolam dengan air diam dan mengandalkan kincir untuk menjaga kualitas air. “Kami bereksperimen dengan cara ini sejak 3 tahun lalu dan memuaskan,” ujar Deny.
Yang dimaksud dengan budidaya sidat di air deras adalah sirkulasi air dari pipa inlet ke dalam kolam berlangsung selama 24 jam. Di baris antarkolam terdapat selokan selebar 40 cm yang menampung aliran air dari sungai.
Air itu yang masuk ke dalam kolam melalui pipa bergaris tengah 8 cm yang ujungnya sedikit dimampatkan menjadi gepeng supaya tercipta dorongan air lebih kuat, seperti air deras dan menjadi sumber oksigen terlarut.
Saat air baru masuk, otomatis air di dasar kolam terdorong keluar melalui pipa outlet. Sistem ini otomatis mampu menjaga kualitas air karena sisa pakan dan kotoran langsung terbuang setiap saat. Walhasil sidat tumbuh besar tanpa risiko terkena penyakit akibat kualitas air buruk.
Menurut Deny dari ketinggian kolam 1,8 m tidak seluruhnya diisi air. “Tinggi air dikolam di atur hanya setinggi 1 meter,” ujarnya. Dengan kedalaman 1 m itu, sidat leluasa untuk bergerak memanfaatkan kolom kolam. Lantaran ruang gerak lebih leluasa, nafsu makan sidat meningkat.
Pantas bobot 250-300 gram/ekor tercapai dalam waktu 7-7,5 bulan dari tebar ukuran glass eels sekitar 10-15 gram/ekor. “Pakan diberikan sehari 3 kali. Pertama pukul 09.00, 15.00, dan 21.00,” kata Deny.
