Citarasa Trubuk Maknyus

0
67
trubuk

Ajakan Udin mencicipi sepiring trubuk bakar sungguh menggoda. Apalagi pekebun di Desa Cibingbin, Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang itu menyebutnya sebagai salah satu kudapan terbaik di desanya.

Begitu menyantap terubuk bakar yang telah dicocol dengan sambal kacang pedas, wuiih…citarasa memang maknyus…

Trubuk itu merupakan hasil budidaya dari lahan seluas 4.800 m2. Di lahan itu tumbuh sekitar 3.000 rumpun Saccharum edule yang 80% mencapai umur di atas 6-7 bulan, setinggi orang dewasa. Bagi warga Desa Cibingbin seperti Udin, terubuk merupakan santapan istimewa. Setiap ada hajatan warga, sayur trubuk harus tersedia.

Sejatinya, terubuk-sebutan lain trubuk-anggota keluarga Graminae itu mirip tebu. Batang hijau sedikit kemerahan. Di Kabupaten Pandeglang, tumbuhan ini sohor dipanggil tiwu endog. Tiwu mengacu kepada bentuk seperti tebu, sementara endog menyasar tekstur trubuk mirip telur ikan. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, penyebutan terubuk tak jauh berbeda: tebu endog atau tebu terubuk.

Selama ini tiwu endog di Kabupaten Pandeglang belum dikebun intensif. Warga hanya menanam di pematang sawah sebagai penguat untuk mencegah erosi. Kalau pun dijumpai di area kebun atau pekarangan rumah jumlah sedikit, 10-20 rumpun.

Trubuk tumbuh optimal pada temperatur 25-28°C dengan ketinggian tempat bervariasi antara 1-1.500 m dpl. Tanaman ini cocok pada kondisi tanah podsolik dengan pH sekitar 5-6. Tipe tanah tersebut berwarna sedikit keputihan dan becek saat banjir serta keras dan kering begitu musim kemarau.

Perbanyakan trubuk relatif mudah, dengan setek. Yang diambil 3 mata atau setinggi 20 cm. Satu hektar lahan dapat menampung 5.000 tanaman dengan jarak tanam 1 m x 2 m. Setek batang akan berakar dan membentuk rumpun.

Bunga terubuk terbentuk di dalam batang atau malai muda dan terbungkus pelepah daun alias kelobot. Trubuk dipanen setelah 5 bulan pascatanam. Cara panen cukup mematahkan bagian malai, tanpa perlu membuka pelepah daun. Dengan begitu terubuk tahan simpan hingga 1 pekan.

Pemasaran terubuk relatif mudah lantaran permintaan dan pasokan tidak seimbang. Harga jual terubuk sekitar Rp3.000/ikat (isi 10). Harga tinggi dijumpai di pasar tradisional di kota besar seperti di Tangerang, Jakarta, dan Bogor. Di Pasar Ciputat, Tangerang, harga trubuk mencapai Rp25.000-Rp50.000/ikat. Bahkan harga meroket 2 kali lipat saat minim barang yang mengandalkan pasokan trubuk dari wilayah Bogor seperti Parung itu.

Bunga tanaman yang muncul April-Mei dan Juli-Agustus itu memang enak dimakan dalam bentuk mentah atau dilalab, dikukus sampai ditumis. Sayur berbahan dasar bunga terubuk antara lain sayur lodeh, tumis, kare dan sayur asem. Bahkan bagi warga Betawi di Tangerang, Provinsi Banten, sayur itu disebut sayur besan lantaran dipakai sebagai salah satu syarat ketika hajatan akad nikah. Tradisi itu hingga kini terus dipertahankan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here