Subagyo tak menduga bila menahan kencing bisa berakibat fatal. Pada Maret 2010 Subagyo mulai merakan sakit di pinggang. Semula sakit itu diabaikan lantaran jarang muncul. Namun, berjalan 3 bulan, frekuensi sakit di pinggang itu semakin sering. Pengusaha sembako di Jakarta Barat itu sampai sulit beraktivitas.
Subagyo juga mengeluh kesulitan buang air kecil. Singkat kata, setelah memeriksakan diri pada dokter, terungkap ada batu ginjal di ginjal kiri ayah 3 anak itu. Batu ginjal sebesar biji kedelai itu perlu dikeluarkan melalui operasi.
Namun Subagyo memilih cara lain. Ia meminum kapsul daun alpukat, 3 kapsul pada pagi dan sore hari. Itu atas saran teman istrinya. Sebulan rutin mengonsumsi, Subagyo merasakan perubahan. Setiap kencing, meski sedikit kesakitan, terlihat serbuk halus pada air seninya. Itu batu ginjal yang luruh. Efek lain, sakit di pinggang berkurang. “Setelah cek ke dokter dan diperiksa, batu di ginjal kirinya sudah lenyap,” ujarnya.
Bukti empiris itu sejalan dengan riset Anggara Hernas Saputra pada 2009. Periset dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB bila daun alpukat bersifat antilithiasis atau menghambat pembentukan batu ginjal yang merupakan kristal kalsium oksalat.
Dalam riset itu, tikus uji yang mendapat 3 ml/200 gram bobot badan (BB) ekstrak etanol daun alpukat melalui air minum, memiliki kadar kalsium sebesar 0,060. Nilai itu lebih rendah 0,079 dari tikus tanpa perlakuan dengan kadar kalsium 0,139.
Batu ginjal yang menyumbat bila dibiarkan dapat merusak kerja ginjal atau gagal ginjal. Padahal, ginjal sepanjang 12,5 cm dengan tebal 2,5 cm itu memiliki 1-4-juta nefron yang menyaring 170 liter darah dalam 24 jam. Ginjal juga penting menyaring limbah metabolik, kelebihan garam dan air dari darah, serta mengatur tekanan darah tubuh.
Kehadiran daun alpukat yang mampu meluruhkan batu ginjal menambah daftar tanaman obat berkhasiat serupa seperti kejibeling, meniran, dan kumis kucing.