Salah satu dari 3 bak sistem filterisasi di kolam nila itu dijumpai memakai eceng gondok Eichornia crassipes.
Si empunya kolam memang menggunakan gulma air itu sebagai penyerap polutan untuk logam berat seperti kadmium dan plumbum. Harap mafhum, sumber air kolam itu berasal dari sungai yang kualitas airnya rendah akibat berbagai pencemaran.
Riset Ramadhan Tosepu dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FMIPA Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara seperti termaktub dalam Jurnal Manusia dan Lingkungan Volume 19 pada 2012 mengungkapkan logam berat seperti plumbum cepat terserap habis oleh eceng gondok.
Penelitian lain juga menguak manfaat eceng gondok dalam mengatasi logam berat seperti air raksa hingga besi. Pun kemampuan menyerap zat organik tidak terurai alias nonbiodegradable yang terkandung dalam air limbah domestik dengan kadar COD sekitar 400 mg COD/liter.
Menurut Syahrul M dalam disertasinya mengenai Pengaruh Waktu dan pH Terhadap Pengikatan Logam Berat Cd,Hg, dan Pb oleh Eceng Gondok di IPB pada 1998, kemampuan eceng gondok mengikat logam berat tidak lepas dari kemampuan protoplasma dan jaringan sel eceng gondok yang banyak terdapat ruang besar.
Di dalam sel itu dijumpai sejumlah besar asam amino seperti glisin, asam glutamat, dan asam aspartat, serta gugus karboksilat dan hidroksil yang membentuk senyawa kelat saat berikatan dengan logam berat.