Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berhasil melakukan efisiensi pemakaian listrik. Konsumsi listrik gedung itu hanya sebesar 91 kWh/m2/tahun. Padahal rata-rata konsumsi listrik di gedung bertingkat mencapai 250 kWh/m2/tahun.
Menariknya lagi saat perencanaan gedung, konsumsi listrik ditakar mencapai 140 kWh/m2/tahun. Menurut M Hidayat, kepala bagian Prasarana Fisik Biro Umum Kementerian PU, konsumsi itu lebih rendah dibanding Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mempersyaratkan 240 kWh/m2/tahun. “Kuncinya pada manajemen operasional dan pemeliharaan berbasis green. Hasilnya konsumsi listrik bisa dipangkas 35% dari perkiraaan awal,” kata Hidayat.
Upaya efisiensi listrik itu antara lain mengatasi radiasi matahari dengan mengubah orientasi dan bentuk bangunan. Tujuannya mengurangi Overall Thermal Transfer Value (OTTV) alias isolasi thermal. Pun pemanfaatan ulang air terbuang melalui metode dewatering. Air itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan air gedung, kolam penjernihan, penyiraman tanaman, dan recharge well.
Berikutnya, untuk melindungi perpindahan panas, kelembapan serta efek radiasi matahari pada dinding dan jendela, perancang memilih bahan bangunan tahan panas. Bahan itu antara lain stopsol super silver dark blue, ceramic stopsol blue serta plate glass cladding 0,015. Pada jendela dipasang sun shading alias pelindung sinar matahari.
Untuk menahan radiasi sinar matahari pada sisi dinding barat gedung, dipasang perforated metal yang dapat menambah cahaya alami di dalam gedung. Pada dinding sendiri dilakukan penambahan insulasi. Ada 2 tipe yang dimanfaaatkan. Tipe ke-1 berupa eksternal surface film, cladding alumunium, gipsum atau calcium silicate, dan isolasi fiberglass internal surface film. Tipe ke-2 sendiri eksternal surface film, CW Ceramic glass 8 mm, gipsum atau calcium silicate serta isolasi fibergalass internal surface film.
Upaya itu memberi hasil mengagumkan. Radiasi sinar matahari yang menerobos melalui jendela ke ruangan menurun drastis. Dari semula 684 kW menjadi 83 kW. Pada akhirnya, OTTV yang sebelumnya mencapai 76 W/m2 turun menjadi 28 W/m2. Penurunan itu sangat berarti karena setara dengan menekan emisi karbondioksida (CO2) sebesar 1.880 ton/tahun. “Itu setara penyerapan CO2 oleh 165 pohon beringin,” ujar Hidayat.
Pencahayaan alami dioptimalisasi dengan menambahkan pelindung sinar matahari dan mengatur serta mengalihkan sinar matahari secara langsung. Dengan begitu, cahaya alami dapat semaksimal mungkin masuk ke dalam ruang dan bangunan. Caranya dengan memantulkan cahaya ke langit-langit dan mendistribusikannya hingga menjangkau wilayah ruang yang jauh dari jendela.
Khusus sun shading yang mencapai 43% dipakai untuk memantulkan sinar matahari ke plafon berwarna putih sehingga cahaya alami dapat leluasa secara maksimal memasuki ruang. Walhasil untuk lampu-lampu di area luar ruangan dapat dipadamkan pada siang hari. Dengan upaya itu Gedung Kementerian Pekerjaan Umum dapat melakukan efisiensi konsumsi listrik.