Bandeng merupakan salah satu primadona perikanan budidaya yang produksinya meningkat setiap tahun.
Data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) RI memperlihatkan peningkatan produksi 10,4% per tahun. Pada 2010 produksi bandeng nasional mencapai 421.757 ton dan 621.393 ton pada 2014.
Pemicu peningkatan tersebut antara lain meluasnya pasar aneka olahan bandeng seperti bandeng asap dan bandeng presto.
Bandeng olahan itu masih berasal dari budidaya petambak tradisional. Untuk budidaya, petambak mengandalkan pakan alami seperti klekap dan pakan pelet pabrik. Pemakaian pakan pelet pabrik berkadar protein 25% itu, dilakukan supaya pertumbuhan Chanos chanos lebih cepat.
Sayang, harga pakan pelet pabrik itu terus meningkat sehingga memberatkan petambak. Ujung-ujungnya laba petambak menurun.
Kondisi itu yang mendorong Akhmad Fairus Mai Soni, Erik Sutikno, dan I Made Suitha, dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah, melakukan riset tentang efektivitas pemakaian pakan rendah protein yang diperkaya enzim untuk budidaya bandeng.
Enzim papain dari pepaya mengkal dipilih lantaran mampu meningkatkan kecernaan pakan sehingga pertumbuhan bandeng dapat maksimal. Pada penelitian tersebut 1 kg enzim diperoleh dari 12-15 kg Carica papaya.
Selanjutnya, enzim tersebut dicampurkan pada pakan berkadar protein 15%. Peneliti mencampurkan 7,5 gram enzim dengan 30 kg pelet dan diberikan pada 6.000 bandeng berukuran 6-7 cm setelah nener berada selama 2 bulan di tambak.
Pemberian pelet dilakukan sekali, pada pukul 12.00-13.00. Setelah 5 bulan dipelihara, bandeng dipanen. Hasil? Cukup memuaskan.
Hasil panen dengan pakan yang diperkaya enzim mencapai 2.590 kg dengan bobot bandeng rata-rata 480 gram/ekor. Sebagai pembanding, di kolam kontrol dengan pakan berkadar protein 20% tanpa enzim, dipanen 1.710 kg dengan bobot rata-rata 300 gram/ekor. Artinya? Pemberian enzim papain pada pakan dapat meningkatkan produksi hingga 51% (BC-1).