Setelah menunggu 5 menit, Ayung menyentak keras tali pancing. Wajahnya sumringah. Otot-otot tangannya mengeras menahan laju sang lele yang terus meronta dan bergerak ke arah berlawanan. Dengan sabar pria di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan itu mengulung tali pancing. “Asik dan bergairah menariknya,” ujar ayah 2 putra itu.
Pemandangan itu dapat disaksikan di pemancingan lele Empang Betawi Ngumpul di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa. Ayung hanya salah satu pemancing yang kesemsem lele.
Contoh lain Iwan. Berbekal burayak patin dan cacing tanah, pria 52 tahun itu mengadu nasib mengail ikan bersungut itu. Pada sesi mancing pertama mulai pukul 14.00-17.00, kakek 1 cucu itu berhasil mengail 6 lele berbobot rata-rata 1,5-2 kg. “Tarikan lele berbeda dibandingkan ikan mas dan patin. Lebih kuat,” katanya.
Kolam pemancingan Empang Betawi Ngumpul hanya salah satu kolam pemancingan lele yang kini tren. Di seputaran Kecamatan Jagakarsa, terdapat 9 pemancingan lele serupa dengan luas kolam rata-rata 1.000-1.500 m2. Untuk kolam itu, pemilik kolam membenamkan 2-2,5 ton lele. Harga tiket mancing Rp60.000 per 3 jam. Dalam sehari digelar 2 kali sesi mulai pukul 14.00-17.00 dan 19.30-22.30.
Yang membuat Ayung dan Iwan menyukai mancing Clarias sp itu karena ukuran lele yang dipancing masuk kategori lele bapukan. Lele bapukan adalah lele jumbo berbobot minimal 1 kg dengan panjang tubuh hingga ukuran lengan orang dewasa.
Di kolam Betawi Ngumpul lele bapukan terbesar berbobot hingga 9 kg. Lima tahun lalu lele bapukan nyaris tidak memiliki nilai lantaran tidak masuk kategori konsumsi. Nasibnya hanya berujung di kolam rumah makan.
Memancing lele tidak seheboh ikan mas atau patin dari sisi umpan. Menurut Ayung umpan memancing lele murah meriah. Ayung memakai 3 jenis umpan, yakni anak ikan, cacing tanah, dan pelet halus serta dicampur telur bebek dan sedikit cacahan daging sapi. “Satu kali mancing biaya umpan Rp30.000,” katanya. Nilai mini, tapi sensasi maksi.
