Bila berlibur ke Solo, Jawa Tengah, menginaplah di Rumah Turi Solo. Di sana Anda bisa merasakan udara sejuk, meski tanpa pendingin udara.
Para tamu dapat beraktivitas di dalam kamar seluas 2,8 m x 3 m pada siang hari tanpa cahaya tambahan dan merasa kegerahan meskipun sinar matahari terik datang. Padahal di ruangan tersebut terdapat alat pendingin udara berkekuatan ½ PK. Namun aliran udara sejuk mengalir dari pertukaran udara dari ventilasi di depan kamar dan kamar mandi serta taman terbuka pada sisi kamar.
Kamar di Rumah Turi yang meraih juara pada ASEAN Energy Awards 2012 itu didesain khusus sehingga sirkulasi udara lancar dan cukup pencahayaan. Ventilasi di depan kamar dan kamar mandi serta taman ruang terbuka di sisi kamar memungkinkan terjadi pertukaran udara, sekaligus memberikan penerangan pada siang hari tanpa perlu lampu.
Bila tamu menyalakan pendingin ruangan berkekuatan 1/2 PK, mereka cukup menyetel pada suhu 21-26°C. Pendingin dengan daya 340 watt itu selama 12 jam hanya perlu Rp2.947. Bandingkan dengan pendingin udara berkekuatan 1 PK yang disetel pada suhu sama, butuh biaya Rp6.526 (tarif dasar Rp729/kwh).
Sejak awal perencanaan, Rumah Turi didesain sebagai penginapan berkonsep eco hotel atau hotel ramah lingkungan. Salah satu wujud dengan melakukan penghematan energi listrik. Oleh karena itu Paulus Mintarga, pemilik dan tim arsitek Rumah Turi, membuat desain bangunan yang meminimalkan pemakaian pendingin udara dan penerangan.
Bangunan Rumah Turi terinspirasi rumah adat Jawa berorientasi ke utara-selatan. Posisi itu membuat leluasa masuk angin monsoon barat pada Oktober-April membawa kelembapan dan angin monsoon timur dengan udara kering pada April-Oktober.
Tepat di depan pintu masuk ke kamar, rintik gerimis tipis kerap turun meski langit cerah dan matahari bersinar terang. Itu hujan buatan. Hujan yang mengandalkan nozzle yang dipasang berjarak 60 cm tersebut berfungsi sebagai pendingin udara. Aliran udara yang bergerak di bawah tetesan air membuat udara di sekitar sejuk.
Kontruksi bangunan restoran pun membuat udara di ruangan segar. Restoran memiliki jendela besar yang dibiarkan terbuka lebar di bagian depan. Bagian sisi belakang dibiarkan terbuka. Bagian sisi lainnya cukup dibatasi dengan vertikultur tanaman hias dan rak buku yang terbuka dua sisi, tanpa tembok. Kontruksi bangunan itu juga membuat minamal pemakaian penerangan tambahan.
Penghuni kamar tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari karena ruangan terang oleh sinar matahari yang masuk melalui jendela dan ventilasi di atas kamar mandi. Kamar mandi mengandalkan jendela tembus pandang sehingga mampu meneruskan cahaya matahari. Bagian depan kamar di lantai dua yang terdapat pada bangunan utama berbentuk huruf L ditutup kayu bercelah yang masih memungkinkan cahaya menerobos masuk di antara sela-selanya.
Di malam hari kamar-kamar itu cukup menyalakan 2 buah lampu LED (Light Emitting Diode) yang hemat energi. Pemakaian lampu LED menghemat 30% listrik dari pemakaian bohlam lampu standar atau halogen. Lampu LED setara 12 watt yang dipasang, penerangannya setara lampu 100 watt.
Lampu tersebut hanya menyala pada pukul 17.00-05.00. Bentuk penghematan lain adalah pemanfaatan fasilitas air panas di setiap kamar mandi tanpa energi listrik. Air dipanaskan dengan memanfaatkan tenaga matahari. Dengan pengelolaan itu Rumah Turi yang terdiri atas 18 kamar inap dan satu restoran itu mengeluarkan biaya listrik Rp4-juta/bulan.
Mohon alamatnya Rumah (hotel?) Turi dong. Kami ingin mencicipi juga.
Terima kasih.
Rumah Turi Solo, Jl Srigading Ii 12 Turisari, Solo. Telepon (0271) 736606. Salam bebeja