Jejeran straw warna-warni itu di anjungan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang pada pameran terbesar peternakan, Indo Livestock 2016 itu, cukup menarik.
Straw tersebut adalah contoh wadah untuk semen (mani) sapi pada saat Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi buatan merupakan upaya memperbaiki mutu ternak, lazimnya dilakukan pada sapi.
Inseminasi buatan yang populer sebagai kawin suntik itu dilakukan dengan memasukkan semen pejantan unggul yang bebas penyakit serta memiliki silsilah unggul ke dalam saluran reproduksi betina oleh inseminator. Semen itu disemprotkan dari straw.
Pemakaian straw merupakan bagian kriopreservasi konvensional. Kriopreservasi merupakan teknik penyimpanan materi genetik dalam keadaan beku pada suhu rendah.
Sebelum dimasukkan ke dalam straw, sperma itu sudah dipastikan lolos dari pengamatan makroskopik (volume, warna, kekentalan, serta pH) dan mikroskopik (gerakan massa, konsentrasi, serta abnormalitas).
Sperma unggul itu juga harus mengandung spermatozoa dengan kriteria: persentase motilitasnya 70%, ketahanan hidup minimal 80%, dan abnormalitas kurang dari 15%. Bila syarat itu terpenuhi, baru sperma tersebut diencerkan dan dikemas dalam straw. Langkah terakhir, membekukan melalui proses penguapan nitrogen cair selama 10-15 menit.
Setiap straw bervolume 0,25 cc itu mengandung sekitar 24-juta spermatozoa. Untuk membuat bunting seekor betina dibutuhkan 1-2 straw yang dicetak dengan aneka informasi seperti jenis pejantan, kode penjantan, batch number, dan lembaga yang memproduksi semen sapi itu,
Supaya tidak tertukar straw juga diberi pengenal warna: sapi holstein (abu-abu), limosin (merah muda), simental (bening), brahman (biru tua), ongole (biru muda), brangus (hijau tua), angus (jingga), bali (merah), dan madura (hijau muda). Itu sebab jejeran straw semen sapi berwarna-warni.