Salah satu anjungan pada Indo Livestock 2016 yang cukup ramai menyedot perhatian pengunjung adalah Pinsar Indonesia, kependekan dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia.
Beberapa pengunjung yang hadir terlihat antusias mengamati dan bertanya mengenai ayam baru serta itik alias bebek baru selepas pecah telur yang ditampilkan. “Di mana saya bisa memperoleh bibitnya dan berapa harganya?”, ujar Satriawan, dari Magelang, Jawa Tengah.
Ayam dan itik baru yang dimaksud adalah ayam kampung lokal campursari dan itik gunsi 888. Ayam kampung lokal campursari cukup istimewa lantaran memiliki beberapa keunggulan. Bobot ayam 1-1,1 kg/ekor diperoleh selama 65 hari.
Sudah begitu, ayam tersebut juga memiliki konsumsi pakan efisien pakan serta daya tahan penyakit lebih baik. “Kami memakai aneka induk asal ayam kampung unggulan. Sebab itu kami beri nama campursari,” ujar drh Agustin Polana, pemulia unggas.
Lebih jauh alumnus Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada 1985 itu menjelaskan, itik gunsi 888 memakai itik peking dan itik campbell.
Itik peking dikenal sebagai itik pedaging berbobot besar hingga mencapai 2,5 kg/ekor, sedangkan itik campbell merupakan itik petelur dengan produktivitas mencapai 260-280 telur/tahun.
“Kedua itik itu disilangkan sehingga lahir itik gunsi atau itik gunung sindur. Angka 888 lebih mengarah angka keberuntungan alias hoki,” ujar Agustin.
Itik gunsi juga mempunyai keunggulan seperti bobot itik 1,3-1,4 kg dicapai selama 35 hari. Konsumsi pakan juga efisien. Untuk bobot 1 kg/ekor pada umur 21-28 hari, nilai konversi pakan (FCR) 1,6. Selepas itu, pada masa pemeliharaan 29-35 hari, nilai FCR 1,8 untuk mencapai bobot 1,35 kg.