Total sekitar 35-juta ton/tahun produksi sawit nasional dengan produk tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mencapai 22-24%.
Sekitar 10-12% dari TKKS itu sudah dimanfaatkan, antara lain sebagai bahan bakar boiler, kompos, hingga pengeras jalan di lahan kelapa sawit. Sisa TKKS itu terbuang menjadi limbah.
Padahal, TKKS masih mempunyai kandungan selulosa yang merupakan polimer alam dan dapat diproses untuk berbagai keperluan seperti kain, bioetanol, hingga bioplastik. Yang disebut dilakukan melalui sintesis menjadi selulosa asetat. Persentase selulosa pada TKKS mencapai 38-40%.
Saat menjadi bioplastik, plastik biodegradable itu dapat lebih cepat terurai di alam dalam hitungan bulan. Berbeda jauh dibandingkan plastik konvensional yang membutuhkan sampai ratusan tahun agar terurai. Sebab lama terurai itu, plastik konvensional menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan.
Sejumlah penelitian sudah dilakukan agar TKKS dapat menjadi bioplastik. Salah satunya oleh Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peneliti mengembangkan bioplastik asal TKKS yang ramah lingkungan.
Salah satu senyawa kimia yang dapat diproduksi dari selulosa TKKS adalah asam laktat. Asam laktat tersebut merupakan bahan utama dalam pembuatan polimer biodegradable berupa Poliasam Laktat (PLA). Assam laktat diperoleh melalui fermentasi memakai bakteri sebelum dipolemirisasi menjadi PLA
Tandan kosong kelapa sawit awalnya dijemur lantas dicacah sebelum dilumatkan halus. Berikutnya, TKKS halus itu hidrolisis sebelum difermentasi bakteri sehingga diperoleh asam laktat.