Asepudin masygul saat menjumpai pot tabulampot mangga pecah pada sisi samping pot lantaran tak kuat menahan desakan akar. “Belum sampai 2 tahun sudah pecah,” ujarnya.
Seiring bertambah besar pohon mangga, semestinya pehobi di Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tersebut lekas mengganti pot dengan ukuran lebih besar.
Pertumbuhan akar pada tanaman buah di pot tidak berbeda bila tanaman tersebut ditanam di tanah. Akar mangga yang merupakan jenis akar tunggang akan dominan tumbuh melebar ke samping.
Pot membuat ruang tumbuh akar itu menjadi terbatas sehingga bila tidak kokoh dan elastis, desakan akar akan membuatnya jebol.
Sarjito, penangkar tanaman buah di Banjarnegara, Jawa Tengah, menuturkan pehobi perlu mencermati pot dari tanaman buah yang ditanam. Idealnya, pot mampu memberikan keleluasaan pada pertumbuhan akar, mampu menjaga sirkulasi udara serta air, serta tidak lekas rusak dan rapuh.
“Untuk tabulampot biasa dipakai drum, karung, serta pot plastik,” kata Sarjito. Drum memiliki keunggulan berdinding kokoh, tapi pada pemakaian jangka panjang rapuh karena karat. Bagian yang paling sering rusak adalah dasar drum karena berkarat.
Karung dan pot plastik jauh lebih murah, ringan, dan praktis. Namun dari sisi kekuatan, keduanya lebih rendah ketimbang drum. “Kerusakan pada karung karena bahannya bukan untuk pemakaian pada tanaman, sehingga cepat lapuk,” ujar Sarjito.
Pelapukan itu terjadi mulai dari bagian atas yang merembet ke bawah. Pelapukan tersebut merupakan efek dari sejumlah kondisi seperti paparan sinar matahari, hujan, hingga lumut.
Bila memakai bahan plastik HDPE seperti kantong tanam, hal itu tidak akan terjadi. Apalagi sifat dari plastik kantong tanam tersebut elastis dan seratnya saling memperkokoh. “Saya memakainya untuk sawo selama 3 tahun dan masih bagus,” kata Winda Agustin, pehobi tanaman buah di Cilandak, Jakarta Selatan.