Simak fakta berikut tentang kopi luwak: beraroma wangi serta khas, tidak sepahit kopi biasa, kadar asam rendah sehingga aman bagi lambung, dan dijumpai aroma mirip daun pandan.
Kopi luwak diolah dari biji kopi hasil fermentasi dalam perut luwak. Paradoxorus hermaproditus itu memilih buah kopi masak di pohon. Biji kopi keluar bersama feses lantas dikumpulkan untuk dijemur sekitar 20 hari, sebelum diproses dengan mesin pengupas, sehingga diperoleh biji kopi kering kupas, tapi belum disangrai.
Riset membeberkan bila fermentasi tersebut terjadi di saluran pencernaan luwak sekitar 9-10 jam. Fermentasi itu menghasilkan kopi luwak dengan protein rendah. Pada kopi, protein itu membentuk citarasa pahit ketika kopi disangrai. Itu sebab, kopi luwak tidak sepahit kopi biasa.
Sejatinya, penamaan Paradoxurus hermaphroditus itu mengacu pada kelenjar anal atau anus musang di bawah ekor, mirip testis. Kelenjar itu memproduksi sekreta (senyawa hasil sekresi, red) yang berperan sebagai aroma penanda seperti bau daun pandan. Luwak aktif mengeluarkan aroma penanda itu saat birahi serta menandai daerah teritori.
Kantong kelenjar anal menjadi tempat sementara menyimpan sekreta, lantas dikeluarkan (ekskresi) tubuh melalui saluran pendek menuju saluran anus. Yang menarik, posisi saluran eksretorius musang berada pada dorsolateral zona kutaneus saluran anus. Itu berbeda dari anjing serta kucing, misalnya.
Kondisi itu mendorong musang menggesek anus saat buang hajat. Musang menggesek anus pada benda menonjol seperti akar, misalnya. Feses keluar seperti pasta, kuning kecokelatan, serta berlemak. Pada kantong anal juga dijumpai kelenjar sebaceus dan kelenjar keringat apokrin. Sekresi kelenjar sebaceus itu berupa sebum serta sel debris. Sebum berfungsi sebagai bakterostatik dan feromon. Jadi, pantas bila aroma kopi luwak wangi dan khas.