Pemanfaatan biomassa di Korea Selatan sebagai bahan bakar pembangkit listrikterus meningkat seiring pemberlakuan kebijakan Renewable Portfolio Standart (RPS). Kebijakan tersebut mewajibkan penggunaan Energi Baru dan Terbarukan di pembangkit listrik minimal sebesar 2% mulai 2012 dan akan mencapai 10% pada 2022.
Kebijakan yang diterapkan itu dilatarbelakangi oleh kondisi ketergantungan negeri Ginseng tersebut yang tinggi terhadap terhadap bahan bakar minyak bumi yang mesti diimpor. Sebagai gambaran konsumsi energi di Korea Selatan pada 2011 mencapai 0,27-triliun TOE dengan konsumsi bahan bakar fosil mencapai 80% (sekitar 96% merupakan impor). Berikut fakta-fakta terkait kondisi tersebut.
1. Permintaan pelet kayu sebagai energi biomassa di Korea Selatan meningkat seiring kebijakan RPS. Pelet kayu dipakai sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk menggantikan batubara. Pemanfaatan pelet kayu dilakukan dengan mencampurkan bersama batubara dengan persentase tertentu. Kondisi itu otomatis meningkatkan pemanfaatan pelet kayu. Pada 2009 kebutuhan pelet kayu mencapai 18.216 ton dan melonjak sebesar 174.068 ton pada 2012. Kenaikkan diperkirakan mencapai 200% per tahun.
2. Sekitar 70,3% pelet kayu di Korea Selatan merupakan pelet kayu impor dan sisanya sebesar 29,7% merupakan produksi lokal. Negara pemasok pelet kayu ke Korea Selatan adalah Rusia (34%), Malaysia (25%), Vietnam (25%), Indonesia (7%), Tiongkok (3%), dan negara lain (6%). Volume impor pelet kayu asal Indonesia terus meningkat dari 723 ton pada 2009 menjadi 8.933 ton pada 2012. Kebutuhan pelet kayu di Korea Selatan diproyeksikan mencapai 1,10- juta ton pada 2017.
3. Di Korea Selatan terdapat industri pengolahan pelet kayu yakni Shinyoung E&P. Pabrik pelet kayu yang beroperasi sejak 2010 itu dibangun dengan nilai investasi mencapai 30-juta dolar Amerika. Kapasitas produksi pelet kayu Shinyoung yang memiliki 4 tahan produksi (crusher, dryer, pelletizer, dan packaging) itu mencapai 40 ton/jam. Hasil produksi dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga hingga industri dan pembangkit listrik.
4. Salah satu perusahaan pembangkit listrik di Korea Selatan yang sudah memakai campuran pelet kayu (3-3,5%) adalah Korea Southern Power Co (Kospo). Salah satu unit pembangkit Kospo di Hadong Thermal Power Site memiliki kapasitas 8 unit x 500 MW atau total 4.000 MW. Saat ini Kospo memasok 11% total kebutuhan energi listrik di Korea Selatan. Sumber pelet kayu Kospo yang pada 2013 menyerap 150.000 ton pelet kayu itu berasal dari Rusia (80,3%), Indonesia (6,7%), Malaysia (6,5%), dan Vietnam (6,4%).
5. Kebutuhan pelet kayu yang terus meningkat mendorong pemerintah Korea Selatan melalui Korea Forest Research Institute (KFRI) mengembangkan sektor kehutanan dalam konsep “New Style of Forestry”. Konsep itu mengedepankan peningkatkan produktivitas hutan dibarengi dengan memperpendek masa rotasi tanaman hutan menjadi 2-3 tahun dari sebelumnya 7 tahun.
6. Riset pengembangan pelet kayu di Korea Selatan terus digalakkan dengan melibatkan institusi pemerintah dan universitas untuk memperoleh pelet kayu terbaik. Penelitian yang dilakukan antara lain membandingkan berbagai jenis kayu sebagai bahan baku pelet kayu seperti pinus, eucalyptus, oak, akasia, dan beberapa jenis kayu keras dan lunak lain. Riset itu merekomendasi pinus sebagai bahan baku terbaik pelet kayu.
7. Salah satu implementasi kerjasama pengembangan energi biomassa antara Korea Selatan dan Indonesia dilakukan dengan penandatanganan MoU kerjasama antara Menteri Kehutanan Korea Selatan dan menteri Kehutanan RI tentang pengembangan industri energi biomassa kayu pada 6 Maret 2009. Kerjasama itu antara lain berisi peluang investasi untuk pengembangan energi biomassa berbasis kayu di 200.000 hektar lahan dengan 20.000 hektar di antaranya menjadi proyek percontohan.
8. Pihak swasta Korea Selatan juga turut terlibat dalam investasi di Indonesia. Salah satunya di bawah bendera PT Solar Park Indonesia yang merupakan perusahaan Foreign Direct Investment (FDI) asal Korea Selatan di Wonosobo, Jawa tengah pada 2009. Perusahaan pelet kayu terbesar di Asia tenggara yang bekerjasama dengan Perhutani itu dibangun dengan investasi sebesar 6-juta dolar Amerika serta memiliki kapasitas produksi mencapai 100.000 ton/tahun. Saat ini PT Solar Park Indonesia memperluas penananam bahan baku pelet kayu hingga ke Kalimantan.
Menyediakan serbuk kayu.
Terimakasih informasinya.