Penyakit malaria mempunyai gejala khas pada penderitanya seperti meriang alias panas dingin, menggigil, serta demam berkepanjangan. Selain parasit Plasmodium falciparum yang dibawa oleh nyamuk anopheles, pemicu lainnya adalah parasit Plasmodium vivax, P. malariae, dan P. ovale.
Sel darah merah terpapar parasit malaria biasanya pecah serta racun yang dikeluarkan oleh parasit tersebut yang menyebabkan gejala menggigil. Kerusakan sel darah merah akibat penyakit malaria dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kondisi hati serta limpa penderita.
Kulit batang cempedak Artocarpus champeden bisa menjinakkan parasit penyebab penyakit malaria seperti Plasmodium falcifarum. Riset khasiat kulit batang cempedak itu dilakukan oleh Dr Aty Widyawaruyanti dari Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga di Surabaya, Jawa Timur. Parasit menjadi jinak berkat sejumlah senyawa kimia pada kulit batang cempedak. Senyawa artocarpone A dan B yang dijumpai pada penelitian, mampu mendongkrak sistem imunitas tubuh sehingga membuat parasit sulit beraktivitas.
Demikian pula kehadiran senyawa flavonoid yang berperan sebagai antiparasit. Kemampuan kulit batang cempedak dalam mengatasi penyakit malaria bahkan lebih baik ketimbang pemakaian kloroquin sebagai obat malaria yang mulai resisten.
Cara konsumsi kulit batang cempedak yang juga dimanfaatkan sebagai bahan pangan, dengan cara diolah menjadi mandai atau dami, yaitu kulit buah yang direndam dengan air garam, lalu digoreng atau ditumis itu, dilakukan dengan merebus kulit batang cempedak yang bercitarasa pahit.
Obat malaria adalah obat yang digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi malaria akibat parasit plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Obat malaria bekerja dengan cara membunuh atau menghambat perkembangan parasit di tubuh. Tersedia berbagai jenis obat malaria, yang dijual bebas maupun memerlukan resep dokter. Berikut beberapa obat malaria:
A. Dihydroartemisinin piperaquine (DHP): Obat ini merupakan kombinasi dari dua obat antimalaria, yaitu dihydroartemisinin dan piperaquine. Obat ini efektif untuk mengobati malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, termasuk yang resisten terhadap klorokuin. Obat ini biasanya dikonsumsi selama tiga hari.
B. Primaquine: Obat ini digunakan untuk mengobati malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax atau Plasmodium ovale, yaitu jenis parasit yang bisa bertahan di hati dan menyebabkan penyakit kambuh. Obat ini juga bisa digunakan untuk mencegah malaria pada orang yang akan bepergian ke daerah endemik malaria. Obat ini dikonsumsi selama 14 hari.
C. Doxycycline: Obat ini merupakan antibiotik untuk mengobati atau mencegah malaria, terutama yang resisten terhadap klorokuin atau sulfadoksin pirimetamin. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis protein pada parasit. Obat ini dikonsumsi satu kali sehari dengan dosis 100 mg, mulai dari 1-2 hari sebelum pergi hingga 4 minggu setelah kembali dari daerah endemik malaria.
D. Mefloquine: Obat ini digunakan untuk mengobati atau mencegah malaria, terutama yang resisten terhadap klorokuin. Obat ini bekerja dengan mengganggu membran sel parasit. Obat ini dikonsumsi 1 kali seminggu dengan dosis 250 mg, mulai dari 1-2 minggu sebelum pergi hingga 4 minggu setelah kembali dari daerah endemik malaria.
E. Atovaquone proguanil: Obat ini merupakan kombinasi dari dua obat antimalaria, yaitu atovaquone dan proguanil. Obat ini efektif untuk mengobati atau mencegah malaria, terutama yang resisten terhadap klorokuin atau mefloquine. Obat ini bekerja dengan menghambat enzim pada parasit. Obat ini dikonsumsi 1 kali sehari, mulai dari 1-2 hari sebelum pergi hingga 7 hari setelah kembali dari daerah endemik malaria.
F. Kina: Obat ini berasal dari kulit pohon kina. Obat ini digunakan untuk mengobati malaria yang resisten terhadap obat lain, terutama yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Obat ini bekerja dengan mengganggu metabolisme parasit. Obat ini dikonsumsi 3 kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan doxycycline atau tetracycline.