Sejak 2005 Iman Hadiyar divonis dokter menderita hipertensi. “Saya kaget punya penyakit darah tinggi,” ujar pria 39 tahun itu.
Iman mafhum bila hipertensi pembunuh senyap alias silent killer lantaran pengidapnya kerap tidak sadar. “Saya ingat kasus kakak ipar meninggal dunia mendadak karena stroke akibat hipertensi,” tuturnya.
Efek hipertensi merisaukan andai diabaikan. Sekitar 7% penderita hipertensi mengalami stroke, 1,5% penyakit jantung, 0,13% gagal jantung, serta 0,2% gagal ginjal. “Saya sendiri merasa tidak apa-apa, tapi mudah lelah,” ujar pria satu anak di Palembang, Sumatera Selatan yang tekanan darah mencapai 160/100 mmHg itu.
Sejak divonis dokter, Iman mengonsumi obat hipertensi captopril dan menjaga pola makan. Praktis Iman bergantung pada obat dokter. “Saya sering merasa pusing sehabis minum obat,” ujarnya. Sebab itu pula, penggemar mancing itu berupaya mencari alternatif kesembuhan lain.
Dari sesama rekan pemancing, ia disarankan untuk rutin mengonsumsi lada hitam. Caranya, Iman menumbuk halus satu sendok teh lada hitam, lantas memasukkan ke dalam gelas berisi air panas. Setelah didiamkan selama 10 menit hingga hangat, air diminum. “Ampasnya dipakai lagi untuk minum pada malam hari,” katanya.
Sekitar 3,5 pekan rutin mengonsumsi, Iman merasakan perubahan. “Jadi tidak mudah lelah dan tensi darah menurun jadi 140/90 mmHg,” ujarnya. Saat itu konsumsi masih dilakukan bersama obat dokter.
Namun selepas sebulan mengonsumsi lada hitam, Iman mengurangi konsumsi obat dokter, hanya setiap 3 hari atau saat merasakan keluhan hipertensi. “Sekarang rutin memakai lada hitam saja,” katanya.
Lada hitam Piper nigrum sejak lama diketahui mampu mengatasi hipertensi. Senyawa piperin yang menyebabkan citarasa pedas pada lada hitam itu diduga berperan. Riset Dian Ermawati dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang memperlihatkan, lada hitam bersifat hipotensi (tekanan darah di bawah nilai normal, red) pada hewan ujicoba kucing.
