Rina Miyati (35 tahun) di Jagakarsa, Jakarta Selatan sudah 1,5 tahun menekuni hobi hidroponik. Perempuan 1 putri itu memanfaatkan limbah botol air minum kemasan sebagai wadah hidroponik. Rina menanam pakcoy serta kangkung memakai hidroponik NFT dua tingkat berisi 20 lubang.
Sejak November 2019, Rina mulai mengganti botol air minum kemasan itu memakai gelas plastik. Sejak memperoleh penyuluhan soal plastik, wawasan Rina bertambah. “Ini bicara langkah aman konsumsi,” ujarnya. Rina memakai gelas plastik bahan polypropylene (PP) dengan tanda logo angka 5 di tengah serta huruf PP di bawah segitiga. Gelas plastik itu tidak transparan serta terpenting: bahan plastik stabil di suhu tinggi.
Bahan berbeda dengan botol air minum kemasan, mayoritas berbahan polyethylene terephthalate (PETE/PET) berangka 1. Plastik berbahan itu berwarna jernih serta tembus pandang. “Rekomendasi pemakaian, sekali pakai serta berbahaya dipakai berulang-ulang,” kata Rina.
Apalagi kondisi panas bisa membuat lapisan polimer plastik PETE/PET itu terurai serta mengeluarkan zat karsiogenik pemicu kanker. “Khawatir ikut terserap bersama nutrisi, apalagi saya berhidroponik langsung terpapar matahari,” ujar Rina.