Sukun Artocarpus altilis bermanfaat sebagai sumber pangan karena memiliki kalori dan kandungan gizi tinggi. Sukun masuk ke dalam lampiran International Treaty on Genetic Resource for Food and Agriculture, karena jenis itu berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin ketahanan pangan.
Manfaat sukun sebagai pangan diketahui sejak lama. Sir Joseph Banks yang berlayar di HMS Endeavour dengan Kapten Cook pada 1769, mengakui potensi pangan sukun. Ia mengusulkan pada Raja George III untuk mengangkut sukun dari Tahiti ke Karibia. Saat itu sukun dipandang sumber pangan untuk budak Afrika di perkebunan Karibia.
Di tanahair, sukun dimanfaatkan oleh penduduk mulai keripik, gulai, jus, hingga perkedel. Bahkan di bidang kehutanan, sukun merupakan jenis pohon pilihan pada kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, karena memiliki tajuk lebar dan sistem perakaran kuat untuk mengurangi laju erosi.
Budidaya sukun mudah, dikebunkan maupun ditanam di pekarangan. Jarak tanam pohon sukun lebar karena tajuk tanaman juga lebar. Penanaman pada lahan terbuka tidak ternaungi, akan membantu pertumbuhan tanaman lebih baik sehingga cepat berbuah. Produksi buah sukun bisa mencapai 20 ton/ha setiap kali musim buah.