Ada yang istimewa saat mengunjungi kebun Eddy Soesanto, pemilik Tebu Wulung Nurseri di Pabuaran, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sejumlah tanaman miracle fruit Synsepalum dulficum yang sohor lantaran buahnya bisa mengubah citarasa asam serta pahit menjadi manis itu, dijumpai tumbuh besar dan rimbun. Tingginya ada yang mencapai 2 meter. Satu-dua pohon terlihat mengeluarkan buah miracle fruit seukuran separuh biji melinjo.
Yang menarik, tanaman itu agak berbeda dibandingkan tanaman miracle fruit yang dijual di pasaran. Tepi daunnya agak berlekuk-lekuk. Berbeda dengan tanaman miracle fruit impor dari Thailand dan Taiwan yang bertepi daun rata dan cenderung melebar. Susunan daun lebih rapat. “Saya mendapatkan pada 2005 dari seorang pebonsai,” kata Eddy.
Miracle fruit berdaun keriting itu merupakan varian lantaran mutasi. Keunggulannya, tanaman itu cepat berbuah. Ia belajar berbuah pada umur 1,5 tahun. Bandingkan dengan miracle fruit asal Taiwan yang belajar berbuah umur 2,5-3 tahun. “Perbanyakan melalui setek lebih banyak gagalnya untuk jenis ini,” ujar alumnus Institut kesenian Jakarta itu
Yang menggembirakan, tanaman miracle fruit bertepi daun berlekuk itu adaptif tumbuh di daerah panas dan terpapar cahaya matahari penuh. Artinya, di dataran rendah ia rajin berbuah. Berbeda dengan miracle fruit asal Thailand yang rajin berbuah di daerah berhawa sejuk.