Sejatinya, begitu bunga putih bertotol-totol ungu itu muncul, menguarlah aroma anggrek itu. Baunya sulit dideskripsikan, tapi mirip remasan daun sirih. Sebab itu menusuk hidung dan konon menghirup bau anggrek itu bagi orang sensitif, membuat mereka bersin berkali-kali.
Itulah sang anggrek Aerides odorata (airides=melayang, odorata=berbau), salah satu anggrek hutan yang hidup menggantung di cabang-cabang besar pohon. Anggrek yang menyebar mulai dari Asia Tenggara sampai Asia Selatan itu salah satu jenis anggrek yang dijumpai di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujungkulon, Jawa Barat.
Untuk mencapai pulau seluas 472 hektar yang masuk wilayah resor Handeleum itu, butuh waktu 2,5 jam berlayar dari dermaga di Desa Tamanjaya. Aerides memang jenis anggrek spesies pertama yang tampak saat menyusuri pantai Pulau Peucang. Pantai itu didominasi pepohonan: nyamplung, ketapang, kampis cina, dan pandan. Meski demikian tak seperti aerides di Kalimantan yang berdaun panjang, jenis di Peucang yang menempel di pohon nyamplung itu berdaun pendek, ukuran kurang dari sejengkal tangan orang dewasa.
Selain aerides, di pulau yang pernah mendapat julukan sebagai new singapore oleh peneliti Belanda pada 1890 lantaran bentuknya mirip kontur negeri Singapura tersebut, juga dijumpai Dendrobium indivisum. Jenis epifit itu tumbuh di atas batang besar setinggi 4-5 m. Anggrek yang hidup sampai ketinggian 800 m dpl itu memiliki bunga kuning bergaris. Ia cantik dengan aporum gepeng sebagai ciri khas anggrek dendrobium.
Pulau Peucang tak hanya didominasi flora saja. Perjalanan menuju Karang Copong di pantai sebelah barat Peucang menjumpai banyak rusa. Bahkan bila beruntung dapat berpapasan dengan biawak. Rusa-rusa dari Ujungkulon tersebut cukup jinak. Memang begitu dites dengan mengendap-endap sampai jarak semeter, rusa-rusa liar itu baru bersiap untuk lari.
Berlanjut ke Tanjunglayar, bagian daratan Ujungkulon yang letaknya paling ujung. Tanjunglayar terkenal karena terdapat mercusuar yang dibangun di atas batu karang. Dari Peucang, Tanjunglayar ditempuh berperahu sekitar 30 menit ke arah Cibom.
Cibom tak memiliki dermaga sehingga untuk mencapai bibir pantai perlu kapal kecil. Lokasi mercusuar dicapai setelah 30-40 menit berjalan. Menyusuri jalan setapak banyak ditemui tumbuhan-tumbuhan langka seperti merbau dan cerlang atau beberapa tumbuhan obat. Salah satunya nampong yang daun dan batang mudanya bila diremas-remas bisa menjadi obat luka seperti betadin atau obat merah.
Mercusuar yang menjadi daya tarik utama di Tanjunglayar sungguh luarbiasa. Rangka besinya mencapai tinggi 50 m. Untuk memanjat mercusuar itu perlu nyali besar karena semakin tinggi anak tangga tersebut dipanjat, hantaman angin ke tubuh semakin kuat. Namun, begitu tiba di atas, semua berubah menjadi kekaguman pada Sang Pencipta. Di sana terhampar lautan luas kebiruan (Dian Adijaya Susanto).
Riwayat penulis: Penulis pernah menjabat Redaktur di Majalah Pertanian Trubus. Penulis yang alumnus Program Pascasarjana Universitas Indonesia dalam bidang Biologi Konservasi itu juga pernah menangani Unit Pengembangan Bisnis, Pemasaran, dan Promosi Pertanian serta konsultan.Â