Sekitar 30 juta liter/tahun bioetanol fuel grade! Itu kapasitas produksi bioetanol fuel grade produksi PT Energi Argo Persada, produsen bioetanol di Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Perusahaan yang menempati lahan seluas 6,5 hektar dan bernaung di pengelolaan PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) itu memang spesialis memproduksi bioetanol kualitas bahan bakar dengan kadar 99,5%.
Bioetanol 99,5% tergolong fuel grade lantaran dapat menjadi bahan bakar langsung tanpa perlu mengubah atau menambah komponen pada mesin kendaraan bermotor.
Berbeda dengan bioetanol berkadar kurang dari 90% yang butuh perangkat untuk memperbesar percikan api busi agar menguapkan 10% kadar air tersisa di bioetanol. Kadar air itu di tangki bensin dapat memicu korosi, selain memperpendek umur mesin.
Bahan baku bioetanol pabrik itu memakai molases atau tetes tebu. Maruji Ranta, asisten manajer Administrasi dan Keuangan Proyek Pembangunan Pabrik Bioetanol PTPN X mengungkapkan pada koresponden bebeja.com, Faiz Yajri, pemanfaatan molases menjadi bioetanol merupakan cara menaikkan nilai tambah. Harap mafhum, selama ini PTPN X acapkali menjual molases ke industri hilir seharga Rp1.000/kg.
Molases merupakan limbah produksi pabrik gula dari sisa proses pengkristalan gula pasir. Dalam molases masih terdapat gula sebesar 50-55%.
Molases memang tidak dapat dikristalkan lantaran mengandung monosakarida glukosa dan fruktosa yang sulit mengkristal.
Kontinuitas bahan baku sangat terjamin. Sebagai gambaran pada 2012 lahan tebu di lingkungan PTPN X mencapai 72.124 hektar. Lahan itu terdapat di Sidoarjo, Kediri, Tulungagung, Kediri, dan Mojokerto. Produktivitas tebu rata-rata mencapai 84,2 ton/hektar.
Total jenderal dengan 11 pabrik gula yang dikelola, PTPN X mampu menggiling 6,072 juta ton tebu. Dengan rendemen mencapai 8,14%, dapat diperoleh 494.00 ton gula. Dengan volume itu PTPN X menyumbang 19% dari total produksi gula nasional.
Menurut Maruji Ranta total tetes tebu produksi PTPN X dapat mencapai 180.000 ton/tahun. Dengan kapasitas mesin bioetanol 100.000 liter/hari, perlu sekitar 400.000 kg molases/hari. Dari setiap 4 kg molases dapat disuling menjadi 1 liter bioetanol. Bila menghitung kapasitas produksi sebesar 30 juta liter bioetanol/tahun, maka PTPN X memerlukan 120.000 ton tetes tebu. Semua itu sudah terpenuhi.
Proses produksi bioetanol sederhana. Di Pabrik Gula Gempolkrep, molases hasil pengolahan gula ditampung dalam 3 tangki raksasa berdiameter 23,3 meter dan tinggi 11,3 meter. Selanjutnya dari tangki itu, molases mengalir melalui pipa sepanjang 70 meter menuju tempat pencampuran. Molases diencerkan terlebih dulu dengan air. Sebagai perbandingan 400 ton molases diencerkan dengan 900 ton air.
Selanjutnya, dalam tangki fermentasi dibenamkan ragi Saccharomyces cereviseae. Agar ragi berkerja optimal diberi nutrisi berupa ammonium sulfat (ZA). Proses fermentasi memakai teknologi repeated batch process. Pascafermentasi selama 48 jam, ragi akan menggumpal dan mengelompok. Ragi itu dapat dipakai lagi pada fermentasi berikutnya.
Fermentasi menghasilkan bioetanol berkadar 10-12%. Supaya naik menjadi 96-97% dilakukan proses distilasi lantas proses dehidrasi untuk menghilangkan kadar air tersisa. Hasil akhir adalah bioetanol berkadar 99,5% yang siap diisi pada tangki kendaraan bermotor.