Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Supit Urang seperti daerah wisata. Gerbang tempat pembuangan sampah yang berjarak 15 km di sebelah barat Kota Malang itu terlihat hijau royo-royo serta rapi. Tak terlihat gundukan sampah yang menguar bau tak sedap.
Sebelum TPA Supit Urang dikelola profesional sehingga bisa memproduksi gas metan sebagai bioenergi, keberadaan sampah menjadi masalah bagi kota seluas 110,06 km2 itu. Dengan penduduk mendekati 1-juta jiwa, produksi sampah mencapai 650 ton/hari. Dari volume itu paling pol 250 ton/hari yang bisa dimanfaatkan kembali seperti plastik. Sisanya 400 ton/hari sampah berlabuh di TPA Supit Urang.
Koresponden bebeja.com, Faiz Yajri menyaksikan pengelolaan gas metan dari sampah di TPA seluas 15,6 hektar tersebut. Potensi gas metan di TPA Supit Urang mencapai 4.560 ton/tahun. Gas metan di TPA Supit Urang diperoleh dengan membuat 36 sumur sedalam 12 meter. Pada sumur tersebut dibenamkan pipa HDPE berdiameter 15 cm. Gas metan lantas ditiup memakai kipas melalui tabung destilasi untuk selanjutnya mengalir ke pipa lain sepanjang 2 km yang membentang dari lokasi TPA menuju perkampungan warga.
Dari pipa utama itu, gas metan didistribusikan ke 65 rumah yang mendapat sambungan langsung. Gas metan itu terhubung dengan selang kompor gas. Warga lain yang belum kebagian secara inisiatif membuat sambungan dari pipa utama. Melihat Animo warga yang besar, pihak TPA Supit Urang dan Pemkot berencana membuat 217 sambungan baru. Hal itu mengingat baru 3-5% dari gas metan asal sampah yang termanfaatkan.
Menurut Drs Wasto SH MH, kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Jawa Timur, bagi warga yang jauh dari TPA Supit Urang tetap bisa memperoleh gas metan dengan cara membuat gas metan itu. “Caranya dengan membuat digester memanfaatkan 4 tong plastik,” ujar Wasto. Salah satu lokasi yang menerapkan cara itu berada di Kelurahan Ardirejo, Kepanjen, Malang.
Untuk membuat gas metan perlu 4 buah tong plastik masing-masing bervolume 200 liter. Satu tong dengan tong lain saling terhubung memakai selang plastik. Bagian bawah tong diberi kran untuk mengalirkan cairan lindi atau cairan hasil fermentasi. Bahan baku gas metan berasal dari sampah organik sisa limbah rumah tangga yang dicacah sampai berukuran separuh ukuran kotak korek api.
Biasanya tong terisi penuh sampah organik dalam waktu 10 hari. Bahan baku itu hanya mengisi ¾ ukuran tong. Bagian sisanya diisi air cucian beras, sebelum tong ditutup rapat. Setelah tong pertama penuh, proses pengisian bahan baku bergilir di tong kedua. Demikian seterusnya sampai tong ketiga dan keempat. Dengan cara itu kontinuitas produksi gas metan berjalan lancar.
Proses fermentasi dalam tong menghasilkan gas dengan komposisi metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan air (H2O). Kandungan gas metan bisa mencapai 70%. Proses terbentuknya gas metan itu terjadi pada hari ke-21. Untuk mempercepat proses, air lindi di bagian bawah tong dialirkan keluar dan dimasukkan kembali ke dalam tong.
Pada hari ke-21 gas metan bisa dipanen. Untuk menampung gas metan, sebuah selang mengalirkan gas ke kantong plastik berukuran 1,5 m x 1,5 m yang diikat erat tali dari ban. Tujuannya selain kantong tidak terbang dan bergeser, juga menambah tekanan gas pada kompor. Gas metan yang terkumpul selanjutnya bisa dialirkan ke kompor. Satu tong biasanya dapat dipakai selama 4 pekan dengan pemakaian gas selama 2,5 jam/hari.