Bagaimana cara memacu pertumbuhan kerapu secara alami pada budidaya di keramba jaring apung (KJA)? Lakukan polikultur kerapu dengan baronang. Itu riset Balai Budidaya Laut Ambon (BBL Ambon).
Riset selama 10 bulan itu memakai kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus dan baronang Siganus lineatus yang dipelihara bersama-sama alias polikultur.
Hasilnya? Kerapu macan memiliki laju pertumbuhan bobot sebesar 0,67% per hari atau mencapai bobot akhir 676 gram/ekor. Apabila minus baronang, laju pertumbuhan kerapu macan berkisar 0,53% per hari atau mencapai bobot akhir 660 gram/ekor.
Naiknya kecepatan tumbuh kerapu macan sebesar 0,14% itu terjadi karena kehadiran baronang memengaruhi kesehatan ikan sehingga nafsu makan kerapu meningkat. Harap mafhum, pemeliharaan kerapu yang selama ini dilakukan memakai KJA secara tak langsung mempengaruhi kesehatan ikan lantaran jaring menjadi tempat menempel organisme.
Pada budidaya kerapu, jaring lazim dibersihkan setiap bulan supaya tidak menjadi sarang penyakit. Bila tidak dibersihkan, sirkulasi air dalam KJA terganggu lantaran organisme yang memenuhi waring menyumbat aliran air. Kehadiran baronang diperlukan karena ikan tersebut berfungsi menyantap organisme di jaring sehingga jaring cukup dibersihkan 2,5 bulan sekali. Bahkan hasil riset memperlihatkan pula bila baronang juga menghabiskan sisa pakan kerapu yang dapat menjadi sumber amonia.
Umar Rifai, Niwan Hendarto, dan Ris Dewi N, para peneliti di Balai Budidaya Laut Ambon mengungkapkan kedua jenis ikan itu dapat hidup bersama lantaran sifat hidupnya berbeda. Kerapu macan lebih banyak berdiam di dasar dan merupakan jenis karnivora alias pemakan daging. Sebaliknya baronang merupakan pemakan tumbuhan seperti lumut dan beberapa jenis alga yang pada budidaya KJA kerapu seringkali dijumpai menempel pada jaring.
Sinergi keduanya, membuat polikultur kerapu dan baronang itu menguntungkan. Bayangkan dengan polikultur kelangsungan hidup (SR) kerapu mencapai 81%. Tanpa polikultur SR berkisar 70,67%. Untuk baronang rata-rata SR sekitar 88%. Seiring dengan meningkatnya nafsu makan kerapu karena kondisi lingkungan lebih baik, konversi pakan pada polikultur dengan populasi 300 kerapu (bobot 112 gram/ekor) dan 100 baronang (bobot 60 gram/ekor) meningkat menjadi 4,52. Pada monokultur nilai FCR berkisar 4,43.