Keputusan Cahyono memakai probiotik saat beternak lele sejak 2012 terbukti tepat. Peternak di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu dapat memanen 10-12 lele/kg dalam waktu 45 hari. Waktu budidaya itu hampir 10 hari lebih singkat daripada budidaya lele intensif tanpa probiotik sekitar 55 hari.
Cahyono memberikan setengah gelas per hari probiotik cair untuk 1.500 lele yang dipelihara di kolam terpal berukuran 3 m x 4 m. Cahyono juga memberikan probiotik melalui pakan dengan cara merendam pelet apung lele selama 10-20 detik dalam larutan probiotik. Setelah ditiriskan, pakan itu segera diberikan kepada lele.
Dengan tambahan probiotik seperti itu, pertumbuhan lele lebih cepat. Selain itu Cahyono menuturkan pemberian probiotik dapat membuat konversi pakan atau FCR menurun menjadi 0,8 dari semula 1,1. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging hanya perlu 0,8 kg pakan.
Sejatinya, probiotik merupakan penambahan mikroba hidup menguntungkan bagi inang, yakni ikan budidaya pada budidaya akuakultur. Mikroba itu antara lain bakteri asam laktat seperti Lactobacillus, Carnobacterium, beberapa kelompok Bacillus, dan Pseudomonas. Kehadiran probiotik terbukti mampu menekan perkembangan bakteri patogen di lingkungan perairan yang menurunkan produktivitas, peningkatan nilai nutrisi melalui penyerapan maksimal serta memperbaiki lingkungan lewat proses bioremediasi sehingga menguntungkan ikan budidaya.
Hasil riset di Thailand dan Jepang sejak 15 tahun silam membuktikan hal itu. Pemakaian probiotik pada budidaya nila Tilapia nilotica menurunkan angka kematian ikan sebesar 5,2%. Hal itu diimbangi pula dengan melonjaknya kenaikkan bobot tubuh sebesar 46,3% dari sebelumnya 9,6% pada budidaya intensif. Jadi wajar bila Cahyono dapat memanen lele lebih cepat.
Produk probiotik tersedia di pasaran. Namun probiotik dapat dibuat sendiri. Itu dilakukan Edy Priono di Sleman, Yogyakarta, asalkan bahan baku tersedia. Edy membuat probiotik dari bahan 2 kulit pisang, 1 sendok gula pasir, dan sedikit garam. Ia mencampur seluruh bahan dalam satu liter air, dan memeramnya selama 3-4 hari. Produk itu diaplikasi untuk 1.000 gurami di 2 kolam berukuran 200 m2. Dosis pemberian, 10 gelas setiap minggu. Dampaknya terjadi peningkatan kelulusan hidup dari semula 50-60% menjadi 80%.
Teknik lain, mengkultur sendiri mikroba dengan cara mencampur probiotik, gula, dan media tumbuh bakteri. Sejauh ini belum muncul efek samping probiotik, selain harganya yang mulai membumbung sejalan meningkatnya permintaan, tidak hanya pada budidaya akuakultur, tapi meluas hingga peternakan unggas dan ruminansia.
Menurut Prof Dr Ir Mohammad Winugroho MSc, periset dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi Bogor, probiotik dapat meningkatkan penyerapan nutrisi pakan di tubuh. Balitnak sendiri mengeluarkan produk probiotik bioport untuk ruminansia besar berbahan baku ragi Saccharomyces cerevisiae, bubuk kolostrum, dan senyawa isotonik-terdiri atas campuran garam, natrium sitrat, dan glukosa-untuk menjaga cairan tubuh sapi seimbang saat pengiriman jarak jauh.