Dua drum tabulampot jeruk dekopon itu terlihat memamerkan belasan buah hijau nan ranum. Ukuran buah jeruk yang adaptif di dataran rendah tersebut nyaris seukuran genggaman orang dewasa. “Bila pemupukannya bagus bisa mencapai bobot 1 kg,” ujar Rahmandi, pehobi di Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Tanaman berumur 3,5 tahun itu sudah 2 kali dipanen Rahmandi. Pohon pertama awalnya mengeluarkan 4 buah dan pohon kedua hanya 2 buah. Semua pohon itu ditanam dari bibit setinggi 60-70 cm. “Saat buah muda hijau dan siap dipanen setelah buah kuning agak keriput,” ujar ayah 2 anak itu. Bobot buah pada panen pertama pada awal 2017 rata-rata 500 gram.
Tanaman jeruk bercitarasa buah manis sedikit masam itu ditanam Rahmandi memakai media tanah, pupuk kandang sapi, dan sekam (perbandingan 3:1:1). Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk majemuk NPK 15:15:15 dosis 2,5 sendok makan yang dilarutkan dalam seember air.
“Pemupukan setiap 2 minggu dengan menyiramkan ke media,” ujar Rahmandi yang juga memberikan 3 kg/tanaman pupuk kandang kambing saban 3 bulan.
Rahmandi menuturkan, menginjak umur 9-10 bulan tabulampot jeruk dekopon mulai berbunga. Sayang, saat itu banyak bunga rontok. “Yang jadi buah hanya 5 di pohon pertama dan 2 di pohon kedua,” tutur pedagang sembako itu.
Penasaran dengan kondisi itu, Rahmandi lantas mengikuti saran penangkar buah di Depok, Jawa Barat untuk memberikan pupuk fosfat. Pilihannya jatuh pada produk pupuk organik BBS FoSLAM di situs pertanian bebeja.com.
Pupuk organik BBS FoSLAM yang mengandung guano fosfat itu rutin dipakai setiap 2 bulan. Dosisnya 500 gram/tanaman. Walhasil pada saat tanaman berbunga berikutnya, sedikit bunga rontok.
Harap mafhum, salah satu keunggulan pupuk organik BBS FoSLAM ialah mampu mencegah kerontokan bunga. Pada medio Juli 2018, pohon pertama sudah disesaki 12 buah jeruk dekopon. Pada pohon kedua bergelayut 7 buah jeruk dekopon.