Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) tetap menjadi fokus pemerintah seiring fluktuasi harga minyak dunia. Upaya itu juga sebagai antisipasi persediaan energi pada masa datang.
Kementerian Pertanian RI termasuk kementerian yang mendukung program Energi Baru Terbarukan melalui sosialiasi penanaman jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel.
Meski begitu, seiring waktu geliat penanaman massal Jatropha curcas tersebut mandek. Biang keroknya adalah ketidakjelasan industri pengolahan sebagai penampung hasil panen dan mekanisme harga yang tidak menguntungkan pekebun.
Bebeja.com pada 28/4/14 menemui Wamen Pertanian Rusman Heriawan. Wawancara eksklusif selama 1 jam itu menguak fakta bahwa Kementerian Pertanian tetap mendukung program EBT sesuai Perpers No 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Rusman Heriawan menuturkan Kementerian Pertanian melalui Litbang Pertanian kini tengah mengembangkan kemiri sunan sebagai tanaman energi biodiesel.
Biji kemiri sunan mengandung minyak lebih dari 40%, bahkan kernelnya mengandung minyak hingga 50%. Setiap pohon kemiri sunan mampu menghasilkan 50-100 kg biji kering tergantung umur tanaman. Dengan populasi tanaman 100-150 pohon/hektar pekebun dapat memanen 15 ton biji kering atau setara 7,5 ton minyak/hektar/tahun.
“Kelebihan tanaman kemiri sunan ialah adaptif dan tidak perlu berkompetisi dalam pemanfaatannya seperti terjadi pada singkong. Singkong dibutuhkan sebagai tanaman pangan dan energi sehingga akan berpengaruh terhadap nilai keekonomisan,” kata Rusman Heriawan.