Kesibukan Witasari sebagai konsultan iklan di kawasan segitiga emas Jakarta terbilang padat. Acapkali, perempuan 31 tahun tersebut mengabaikan waktu makan sehingga berefek pada kondisi tubuh. “Sering cepat merasa lelah,” ujar perempuan 1 anak tersebut.
Belakangan Witasari mengonsumsi serbuk suplemen makanan alias meal replacement dengan takaran tertentu. Cukup dengan segelas air hangat, serbuk itu larut sebelum diminum. “Konsumsinya tidak tentu bisa 1-2 hari sekali dan ketika tidak sempat makan,” katanya.
Konsumsi suplemen seperti dilakukan Witasari menjadi gaya hidup masyarakat kota. Tak kurang dari 30 merek yang didominasi produk impor beredar di tanahair. Produsen suplemen makanan yang tergolong bentuk makanan berkadar protein tinggi dan rendah lemak itu, menyodorkan produk praktis konsumsi dengan aneka citarasa, serta terjamin nutrisinya.
Pada SIAL (Salon International de L’Agroalimentaire) China 2016, produk suplemen makanan dari Korea Selatan menyabet silver award pada kategori inovasi. Cukup dengan menambahkan air serta mengocok di botol, suplemen makanan bermerek Lab Nosh dari perusahaan Egnis tersebut siap konsumsi.
Produk bersertifikat standar kecukupan nutrisi dari Korean Nutrition Society itu mampu menahan lapar hingga 5 jam sehingga diklaim membantu program diet.
Menurut Wutasari yang mencoba produk Lab Nosh yang terinspirasi soylent, suplemen makanan yang dikembangkan di lembah silikon, Amerika Serikat pada 2013 itu, “Rasanya segar dan bikin tubuh bugar,” ujarnya.