Simak fakta berikut: Persentase sakit nyeri pinggang (nyeri pinggang akut serta kronik) di negara berkembang mencapai 15-20% dari total populasi penduduk.
Bahkan riset kelompok studi nyeri Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) pada Mei 2002, memperlihatkan persentase jumlah penderita nyeri pinggang mencapai 18,37% dari seluruh pasien nyeri di tanahair.
Bagi Susanto (45 tahun) di Jagakarsa, Jakarta Selatan, sakit nyeri pinggang sudah menjadi masalah serius. “Seringkali saat membungkuk atau sekadar duduk bersila, pinggang terasa nyeri,” ujar ayah 2 anak itu.
Susanty Dewi dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana di Jakarta Barat dalam Jurnal Kedokteran Meditek Volume 20 Nomor 54 pada 2014 menyebutkan, puncak prevalensi nyeri pinggang lazim terjadi pada umur 45-65 tahun.
Sakit nyeri pinggang merupakan nyeri di bagian pinggang yang bisa menjalar ke tungkai kanan dan kiri. Nyeri yang populer disebut nyeri punggung bawah dalam dunia medis itu hampir dialami setiap orang, terutama pekerja dengan beragam keluhan yang gejalanya bisa dimulai saat memasuki dewasa hingga puncaknya pada kisaran umur 45-60 tahun.
Umur memang memperberat terjadinya nyeri lantaran penurunan fungsi tubuh, terutama tulang yang tidak elastis seperti saat umur muda. Meski begitu saat ini, remaja bahkan anak-anak berisiko pula terserang nyeri punggung tersebut lantaran aktivitas lama di depan komputer atau membawa tas sekolah dengan beban isi berat.
Nyeri pinggang yang di Amerika Serikat menjadi peringkat ke-5 dalam daftar kunjungan ke dokter itu mempunyai sejumlah pemicu umum seperti aktivitas berdiri atau duduk dalam jangka waktu lama hingga salah posisi dalam mengangkat beban. Faktor lain seperti obesitas serta osteoporosis juga bisa menjadi penyebab.
Riset Levent Altinel dan rekan dari Department of Orthopaedics and Traumatology, Fakultas Kedokteran Universitas Afyonkarahisar Kocatepe di Turki, tertuang di Jurnal Acta Orthopaedica et Traumatologica Turcica Volume 48 pada 2008, menyebutkan prevalensi nyeri punggung bawah pada perempuan mencapai 63,2% dan 33,8% pada pria.
Sejauh ini obat penghilang rasa sakit serta obat pelemas otot hingga fisioterapi menjadi solusi mengurangi nyeri penyakit yang sohor dipanggil low backpain tersebut.
Riset lain juga menguak bila pekerja di bagian penjualan, operator, pelayanan jasa, hingga petani rentan mengalami nyeri punggung bawah. Hal itu terjadi lantaran sikap dan posisi tubuh mulai dari kebiasaan berdiri, tidur, hingga mengangkat beban.
Putri Perdiani dari Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro pada 2010, menjelaskan posisi duduk berisiko 6,01 kali memicu nyeri punggung bawah. Penelitian Putri di bagian Saraf RSUP Dr Kariadi Semarang itu membuka pula benang merah antara postur serta posisi tubuh dengan timbulnya nyeri punggung bawah.
Pengalaman Susanto untuk mengatasi nyeri pinggang dilakukan dengan rajin melakukan peregangan setiap pagi hari. “Sesekali meminum obat bila sakit sekali,” katanya. Belakangan ia memperoleh informasi dari rekannya cara mudah yang dapat dilakukan kapan dan di mana saja dengan hasil memuaskan. “Saya membeli online health wood,” tuturnya.
Health wood yang dimaksud berupa papan yang bisa diubah kemiringannya saat telapak kaki menginjaknya. “Seminggu memakai dengan frekuensi penggunaan 15 menit sekali terapi pagi dan malam, nyeri pinggang berangsur-angsur hilang,” ujar Susanto.