Srikaya dan Desa Panda di Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat tidak bisa dipisahkan. Desa Panda adalah sentra srikaya Annona squamosa terbesar. Bila datang ke Kota Bima, di sudut jalan Sultan Hasanudin terlihat berjejer lapak pedagang srikaya.
Bukan hanya itu, di sepanjang jalan Pantai Kalaki menuju Bandara M. Salahudin dari Kota Bima juga berdiri warung yang menjajakan buah kerabat sirsak tersebut. Harga? rata-rata Rp1.500-Rp2.000 per buah. Sumber srikaya yang dalam bahasa setempat dipanggil garoso dan bercitarasa manis itu adalah Desa Panda.
Menurut Intan, salah satu penjaja di sepanjang Pantai Kalaki, Bima, yang juga warga Desa Panda, pada saat panen raya antara Desember-April, mayoritas pelintas jalan pasti berhenti untuk membeli srikaya di warungnya. Dalam sehari Intan menjual minimal 2 ember besar garoso mbojo (srikaya bima) matang setara dengan 70 buah yang dipanen setiap hari dari kebun orangtua yang memiliki 500 pohon srikaya, rata-rata berumur 3-4 tahun.
Data Dinas Pertanian Kabupaten Bima memang menyebutkan Desa Panda memiliki areal penanaman srikaya paling besar di Kabupaten Bima, dengan luas lahan mencapai 1.372 hektar. Penanaman srikaya tersebut berlangsung setidaknya 10-12 tahun terakhir ini.
Pekebun di Desa Panda pula yang mempelopori penjualan langsung srikaya di tepi-tepi jalan. Kecamatan lain yang saat ini juga menjadi sentra srikaya adalah Kecamatan Wera (214 hektar) dan Donggo (142 hektar). Kecamatan lain dari 18 kecamatan di Kabupaten Bima, luas lahan penanaman srikaya kurang dari 60 hektar. Uniknya meskipun srikaya tersebut diproduksi dari kecamatan lain, pedagang menjualnya sebagai srikaya asal Desa Panda.
Meskipun menjadi primadona, sampai saat ini srikaya yang dijual baru sebatas buah segar. Padahal srikaya masak yang dipetik dari pohon hanya segar selama satu hari. Lebih dari itu kulit buah pecah dan berwarna kehitaman. Bila begitu srikaya tersebut tak begitu laku dijual.
Menurut Intan, buah srikaya seperti itu akan dikonsumsi sendiri atau diberikan pada tetangga. Oleh sebab itu, pekebun kini lebih banyak memanen buah yang belum matang, minimal agar daya simpan bisa mencapai 3 hari. Seandainya ada investor yang membangun pabrik pengolahan srikaya, boleh jadi buah-buah matang yang tak laku dijual bisa memberikan nilai tambah bagi pendapatan ekonomi masyarakat setempat.