Anak kami kelas 6 Sekolah Dasar dengan santai menyampaikan pertanyaan, tatkala ibunya tengah memasak sayuran: Ini sayuran hidroponik, bukan bu? Dua hari sebelumnya, anak kami tersebut baru melihat gambar-gambar menarik tentang budidaya sayuran hidroponik dari sebuah majalah hidroponik luarnegeri.
Apa istimewanya sayuran hidroponik? Rupanya, konsumen tertarik karena beragam alasan. Produk hidroponik yang sekarang penampilannya mulus tanpa cacat, terasa lebih gurih ketimbang sayuran biasa, dan terpenting lagi bebas pestisida yang berefek buruk bagi kesehatan.
Sudah begitu sayuran hidroponik lebih segar ketimbang produk serupa dari pasar tradisional. Harap mafhum, sayuran hidroponik mempunyai tingkat kesegaran lebih tinggi sehingga lebih tahan disimpan lama tanpa cepat layu.
Alasan lain? Pehobi bisa menanam, memupuk, merawat, dan memanen tanaman tanpa harus belepotan tanah. Sudah begitu, cara itu hemat lahan serta bisa meningkatkan populasi tanaman per satuan luas. Dengan jarak antarpot 15-20 cm saja, populasi sayuran hidroponik dapat mencapai 20-24 tanaman/m2. Bila ingin melambungkan populasi, rak tanam dibuat bertingkat. Hal itu sulit dilakukan jika menanam di tanah.
Hidroponik memang dapat membuat lahan sempit, terutama pekarangan di perkotaan menjadi ladang sayuran bak di desa. Tak percaya? Bayangkan, lahan sempit seluas 20 m2 bisa disulap menjadi ladang caisim dengan menyusun 6 buah pipa PVC berdiameter 4 cm sepanjang 4 meter.
Pada setiap pipa itu, dibuatkan 20 lubang dengan jarak antarlubang 20 cm. Lubang-lubang itulah tempat meletakkan pot caisim, pakcoy, hingga kangkung. Berapa modalnya? Biaya pembuatan modul hidroponik itu hanya Rp1,5-juta.
Soal keuntungan memang relatif. Paling tidak sebagai gambaran, harga sayuran hidroponik 3 kali lipat sayuran biasa dan itu cukup menggiurkan. Tertarik berhidroponik?
Terimakasih atas tanggapannya semoga dunia pertanian kita semakin maju. Salam bebeja