Bangunan walet 2 lantai dengan rumah monyet di atasnya senyap. Tak ada lengkingan suara cericit walet dari cakram cd pemanggil walet.
Bangunan berumur lebih dari 10 tahun itu menjadi bangunan tertinggi di area kebun mangga, durian, jeruk, dan buah unik lain di lahan seluas lebih dari 100 ha.
Bebeja.com yang mendatangi lokasi rumah walet itu bersama si empunya, semula kesulitan mengenali bangunan yang nyaris terkurung aneka tanaman buah itu.
Namun berjarak 50 m dari bangunan selepas gerbang masuk kebun, bangunan itu bisa dikenali dengan keberadaan rumah monyet di atasnya. “Produksinya sudah sekitar 20-25 kg setiap tahun,” ujar Fajar-nama samaran, si empunya bangunan itu.
Sejauh mata memandang saat menyusuri bagian kebun yang lebih tinggi posisinya, hanya bangunan walet itu yang yang berada di lokasi berjarak sekitar 15 km selepas Jembatan Barelang.
Secara makrohabitat kondisi lokasi tersebut ideal bagi perkembangan walet. Populasi serangga cukup besar lantaran berada di area kebun. Di luar kebun pun terhampar spot-spot tanaman industri. “Di sini juga banyak cekungan air besar yang disukai walet,” kata Fajar.
Lokasi bangunan walet oleh Fajar sangat jauh dari pemukiman. Harap mafhum, kebanyakan rumah walet di Kota Batam justru dibangun di kawasan perumahan.
Ujung-ujungnya, muncul keluhan warga lantaran bising oleh suara cakram pemanggil walet, hingga ketakutan terhadap wabah penyakit yang mungkin terbawa oleh walet.
Pasar sarang walet di Batam sebetulnya menjanjikan. Banyak konsumen menyukai sup sarang burung walet. Salah satu restoran penyedia sup itu adalah Bird’s Nest Shop. “Saya mengonsumsi sup sarang burung walet setiap 2 minggu sekali untuk menjaga kebugaran,” kata Johan, pengunjung restoran itu.
Tak hanya bugar, sup yang dikukus dan disajikan dengan tambahan gula batu itu juga diyakini mujarab untuk mengatasi keluhan di paru-paru sampai obat awet muda.