Menyantap sashimi dan sushi di restoran jepang pasti disuguhi pula pasta putih kehijauan. Citarasa pasta itu pedas dan menimbulkan rasa hangat di tubuh. Itulah sambal wasabi.
Cara mencicipi wasabi dengan menaruh di atas hidangan pada sushi. Namun untuk sashimi, wasabi tinggal dicocol. Wasabi juga lezat disantap dengan tempura dan mi dingin yang diberi kecap asin (soyu).
Wasabi disajikan parutan. Wasabi diparut dengan arah memutar lantas dipukul dengan pantat pisau agar tercipta citarasa lebih kuat. Berikutnya, wasabi didiamkan selama 5-10 menit pada suhu ruang supaya muncul rasa hangat. Setelah dicampurkan kecap, parutan wasabi ditaruh di piring berisi mi atau ikan. Bila tidak dipakai, wasabi disimpan di lemari pendingin maksimal selama 4 pekan.
Di pasar, wasabi tersedia bentuk bubuk dan pasta. Bubuk wasabi dijual dalam kemasan 300 gram dan 1 kg. Cara penyajian, tinggal mencapurkan dengan air. Tanpa tambahan air, wasabi terasa pahit dan citarasa pedas tidak muncul. Daun wasabi juga bisa dimanfaatkan. Daun wasabi yang diacarkan dalam sake dan kecap populer sebagai pelengkap nasi putih. Daun wasabi juga dipakai untuk salad serta hiasan.
Wasabia japonica yang tinggi tanaman sekitar 15 cm dengan rimpang sepanjang 5-25 cm itu butuh budidaya intensif. Hanya sedikit tempat cocok untuk bertanam keluarga Cruciferae itu. Di Indonesia, wasabi cocok ditanam di dataran tinggi seperti Wonosobo (Jawa Tengah) atau Pangalengan (Jawa Barat). Syarat lain, tanaman wasabi butuh naungan 70-75%. Bila terlalu banyak sinar matahari menjadi layu.
Tanah budidaya wasabi juga harus kaya bahan organik. Wasabi dipanen minimal setelah 18 bulan dipelihara. Meski semua bagian tanaman diangkat dari tanah, hanya 10-15% bobot tanaman-berupa rimpang-yang dimanfaatkan. Yang menarik, wasabi ternyata dapat dibudidaya di air, bahkan kualitas panennya lebih baik.