Warsim, peternak ayam petelur di Sleman, Yogyakarta sejak setahun terakhir sering mengeluhkan produksi 500 ayam petelurnya kerap naik-turun.
Warsim tak pernah menduga biang kerok penurunan produksi telur itu lantaran pakan dedak yang rutin diberikan sebagai pengganti konsentrat pabrik sudah dioplos atau dicampurkan bahan lain, yakni sekam.
Dedak merupakan hasil pengilingan padi berupa pecahan kulit beras yang halus. Dedak masih mengandung 65% zat gizi mikro penting, berbagai vitamin (thiamin, niacin, dan vitamin B6), mineral (besi, fosfor, magnesium, dan potassium), asam amino, dan asam lemak esensial.
Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak dan unggas sudah lazim diterapkan. Pada pembibitan sapi, dedak dapat menggantikan konsentrat pabrik hingga 100%. Sayang ketersediaan dedak untuk pakan ternak seringkali terkendala pasokan. Oleh sebab itu pada saat dedak sulit dicari, para penjual dedak seringkali mengurangi mutu dedak untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
Salah satu modus pengurangan mutu dedak dilakukan dengan mencampurkan sekam giling ke dalam dedak. Sekam adalah kulit gabah hasil samping dari proses penggilingan padi.
Sekam tidak layak sebagai bahan pakan ternak karena mengandung hingga 35% serat kasar. Pakan dedak dengan kandungan sekam 10% tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas ternak, tapi bila persentasenya di atas 10%, dapat berdampak terutama pada unggas seperti menimpa Warsim.
Pengujian kandungan sekam pada dedak dapat dilakukan di laboratorium, tetapi butuh waktu cukup lama. Namun hal itu dapat dipecahkan dengan membuat larutan Florogucinol yang terbuat dari 200 ml HCl 2N + 50 ml etanol + 2,5 gram Florogucinol.
Larutan itu dapat diuji pada dedak dengan cara meneteskan sebanyak 20 ml pada 2 gram dedak. Apabila hasil terbentuk warna merah menandakan dedak mengandung sekam.
Terimakasih. Salam bebeja